Selama ini Destiara Talita memang lebih dikenal karena wajahnya kerap menghiasi sampul majalah-majalah dewasa dengan tampilan seksi dan menantang. Destiara mengaku tidak terlalu ambil pusing komentar-komentar bernada meremehkan kepadanya itu.
Ia menilai dalam kehidupan pro dan kontra adalah hal yang biasa, tinggal bagaimana menyikapi tanggapan-tanggapan tersebut agar menjadi motivasi untuk lebih baik.
"Saya akui memang profesi saya dipandangnya negatif, padahal itu profesi legal dan halal lo. Itu usaha saya untuk mencari uang," tegasnya.
Ia juga tidak ambil peduli anggapan sebagian orang bahwa dirinya yang adalah seorang model untuk majalah dewasa hanya mengandalkan wajah dan kemolekan tubuhnya untuk mendapatkan popularitas.
Gadis berambut panjang itu bahkan mengatakan dia akan membuktikan dirinya mampu dan tidak hanya bermodalkan tampilan fisik semata, tetapi juga kemampuan lain yang dibutuhkan.
"Walaupun banyak yang bilang model dari majalah dewasa hanya modal tampang sama body doang, engak punya pengalaman. Bagi saya, justru dengan saya masuk parpol akan jadi pengalaman saya dan saya akan buktikan kemampuan saya," tukasnya.
Destiara mengaku keluarga besarnya mendukung penuh, saat mengetahui dirinya terjun ke dunia politik. Menjadi calon wakil rakyat justru membuat keluarga besarnya gembira.
"Tanggapannya positif, karena saya kan sebelumnya di model, model majalah dewasa, orang mikirnya negatif. Setelah saya bilang mau ikut politik, tanggapan mereka sangat mendukung," tuturnya.
Dukungan keluarga membuatnya makin bersemangat dalam menyongsong dunia barunya sebagai seorang kader partai dan calon anggota legislatif. Ia merasa sangat antusias dalam mempersiapkan kegiatan-kegiatan menjelang memasuki masa kampanye.
Dirinya kembali menyinggung profesi yang masih dijalaninya hingga kini, sebagai model majalah dewasa. Rutinitas ini ia lakukan berawal dari keinginannya untuk mendapat uang sendiri dan membantu keluarga serta biaya kuliahnya.
Destiara menuturkan, saat lulus SMA, ekonomi keluarganya tengah goyang karena usaha air mineral milik orangtuanya terhambat perkembangannya dan mengalami kesulitan keuangan."Dulu keluarga saya ada usaha air mineral tapi sejak saya kelas 3 SMA sempat bangkrut hingga orang tua saya tidak cukup uang untuk membiayai kuliah saya ketika lulus SMA," ujarnya.