Busana Lebaran, Santun Tanpa Gamis dan Kaftan

By Felicitas Harmandini, Senin, 6 Juli 2015 | 11:15 WIB
Busana santun untuk Lebaran tak harus berupa gamis, kaftan, atau abaya. (Felicitas Harmandini)

Koleksi busana Lebaran kerap didominasi oleh busana bergaya Timur Tengah seperti gamis, abaya, atau kaftan. Tetapi bagaimana bila Anda kurang menyukai jenis busana tersebut, atau Anda sedang ingin mencoba busana santun dengan model lain?

Beberapa desainer berikut memiliki beberapa koleksi busana Lebaran yang sangat bervariasi. Mereka tahu bahwa Anda ingin mengenakan busana santun yang paling sesuai untuk kepribadian Anda, termasuk saat Lebaran. Silakan simak koleksi busana Lebaran mereka yang ditampilkan di Central Department Store, Grand Indonesia, Jakarta, Juni lalu.

Cultura Label yang diluncurkan desainer Yusak Maulana pada Juni 2010 ini mengangkat tema “Unreleased East” untuk koleksi hari rayanya. Koleksi busana siap pakai ini terinspirasi dari Jepang, mulai dari busana berkerah tinggi, kaus berkerah bulat, dan luaran bergaya asimetris. Detail tabrak warna dan embroidery dipadukan dengan bahan batik cap dari Garut dan Solo, denim lembut, serta bahan bermotif garis, houndstooth, dan jacquard.

Ivan Gunawan Bahan chiffon, linen, satin velvet, dan cotton duchess, menjadi pilihan Ivan Gunawan untuk mengemas koleksi busana berpotongan A-line, A-simetris, longgar, cutting cape, dan motif-motif polkadot untuk Lebaran kali ini. Sepuluh busana Lebaran yang terinspirasi dari perjalanannya ke Spanyol ini didominasi warna-warna yang ringan dan lembut, sehingga nyaman dikenakan sehari-hari.

Norma Hauri Normamoi, desainer busana muslim dengan merek Norma Hauri, memilih nuansa putih-krem dengan biru sebagai warna dasar koleksi busananya. Menurut Normamoi, biru dan putih mencerminkan kesucian dan kebijaksanaan, sehingga sesuai dengan nilai-nilai hari raya. Bahan-bahan yang digunakan antara lain gabardine, chiffon, serta jacquard, sehingga makin memberikan kesan anggun bagi pemakainya.

Nur Zahra Label busana yang berciri elegan dan modern ini mengangkat tema Ethnic Chic. Selain kaftan dan tunik, koleksi busana rancangan Windri Widiesta Dhari ini juga menawarkan atasan bergaya high-low (asimetris), cape, rok panjang, dan celana panjang. Kesan etnik muncul pada motif batik, yang dikombinasikan dengan unsur kontemporer pada abaya, luaran kimono, dan scarf.  Warna-warna putih, abu-abu muda, off white, coklat muda, biru tua, dan hitam, dipadukan dengan bahan rayon, cotton voile, cotton slub, rayon lycra, wolly crepe, dan satin velvet.

Poppy Theodorin Bersama partner-nya, ilustrator Sarina Ibnoe, Poppy meluncurkan 10 gaya yang dipengaruhi budaya Cina, India, Portugis, dan Perancis, dari segi potongan, warna, motif, teknik, hingga material, serta padu padannya. Teknik sulam pita, hand embroidery, print, stuffed embroidery, serta embellishment, terlihat di sana-sini. Ada pun pengaruh Cina dan India sangat terlihat pada celana jodhpur dan kerah cheong sam yang digunakan. Ada pun bahan yang digunakan antara lain duchess, chiffon, shantung silk, organza, dan satin.

Yosafat Dwi Kurniawan Seperti apa rancangan pertama perancang kelahiran Pekalongan ini untuk koleksi busana Lebaran? Ia menggunakan material busana dari katun, wol, dan duchess, dengan aplikasi cetak digital sebagai ciri khasnya. Desain unik berpotongan longgar dengan detail dropped sleeve cutting. Meski amat menggemari kontruksi yang rumit dalam rancangannya, tapi untuk koleksi Lebaran ini Yosafat mempersembahkan gaya yang lebih wearable.