Sabai, begitu perempuan kelahiran Padang, 3 Oktober 1988 ini biasa disapa. Memasuki bangku sekolah dasar, ia beserta keluarga pindah ke Pulau Dewata. Sang ayah, Hasso Morscheck, yang berprofesi sebagai pelukis memang bercita-cita menghabiskan masa pensiunnya di Bali.
Sedari kecil, Sabai tak pernah berencana menapaki karier di dunia akting. "Kebetulan saat SMA, sekolah aku bekerjasama dengan sebuah production house yang mengadakan casting di sekolah," kenangnya sambil tersenyum. "Padahal aku sama sekali enggak tertarik, tapi ternyata salah satu guru mendaftarkan aku," tambahnya.
Casting pertama dengan adegan marah-marah akhirnya meloloskan Sabai memerankan sebuah peran di FTV pertamanya yang berjudul Sweet 17th. Terpaksa, ia harus meninggalkan pelajaran selama dua bulan untuk melakukan syuting di Jakarta, lalu mengejar semua ketinggalannya saat libur sekolah tiba. Penghasilan pertamanya, sangatlah minim. Bahkan, uang itu ludes dalam waktu sekejap. "Aku malah tekor. Tapi sebagian memang sempat dibelikan televisi," ucapnya.
Selepas pengalaman syuting pertama, membuat Sabai bertekad untuk terlebih dulu menyelesaikan pendidikan. Setelah menginjak kuliah di Universitas Pelita Harapan jurusan desain komunikasi visual, Sabai baru berani kembali unjuk gigi di depan kamera.
Tolak Adegan Syur
"Di layar lebar pertama, Sang Dewi, aku dapat peran utama sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). Sempat stres awalnya," ungkap Sabai yang mengaku saat itu masih kurang pengalaman. Peran cukup menantang dalam film perdananya diambil justru karena ia tak diharuskan melakukan adegan buka-bukaan atau berciuman. Adegan seronok tadi digantikan oleh salah seorang stunt girl.
Syuting selama sebulan lebih dijalani Sabai sambil menjalani kuliah dan ujian. "Tiga hari aku enggak tidur sama sekali. Jalan sudah kayak zombie. Apalagi diajak ngobrol, sudah enggak nyambung," katanya. Tugas akhir melukis pun terpaksa ia lakukan di sela-sela syuting di malam hari dengan bantuan lampu mobil. Namun komitmen Sabai untuk mengutamakan pendidikan memang berbuah manis. Buktinya, ia lulus sarjana dalam waktu empat tahun.
Usai kuliah, Sabai kembali bermain di beberapa film seperti 40 Hari Bangkitnya Pocong, Akibat Pergaulan Bebas, Sweetheart, dan Milli & Nathan. Ia ternyata memilih tak menekuni dunia desain visual. "Enggak muluk-muluk, di dunia entertainment gajinya memang lebih besar. Selagi jalan di dunia hiburan masih aman, aku akan tetap berkarya di situ. Paling tidak, aku mempunyai gelar sarjana yang bisa digunakan di kemudian hari," tuturnya.
Dari semua film yang pernah ia lakoni, karakter Imel, gadis antagonis yang memiliki geng bernama Sweetheart di sebuah SMA, menjadi karakter paling berkesan buat Sabai. "Di situ aku benar-benar menampar, memukul, menjambak, dan meludahi lawan main aku. Mas Hanny (sutradara), memang menginginkan aku melakukan adegan itu dengan real. Eh, jadi keterusan. Jadi kalau ada syuting yang mengharuskan menampar, ya, aku tampar sungguhan sekarang. Ha ha ha," ungkap gadis yang ingin sekali berperan sebagai pembunuh ini.
Satu hal yang dihindari Sabai dalam berakting adalah beradegan seksi. "Aku memang enggak nyaman pakai baju buka-bukaan. Adegan ciuman saja aku tolak. Dari awal sudah enggak merasa nyaman melakukan hal itu," katanya. "Mungkin didikan dari Mama juga yang mempengaruhi aku. Dari awal, beliau mengingatkan aku untuk enggak beradegan seksi," tambahnya.
Rencana Menikah
Selain menyukai akting, Sabai belakangan ini juga sedang gemar diving. Hobi barunya ini ternyata telah ia geluti sejak tahun lalu, berkat "hasutan" sang pacar, Ringgo Agus Rahman. "Jadi, aku suka diving gara-gara Ringgo. Kebetulan waktu itu dia lagi syuting di Bali dan aku sedang di rumah. Dia minta aku untuk ambil lisensi diving. Setelah dicoba, ternyata diving menyenangkan," ungkap Sabai yang mengaku tak memiliki momen "jadian" bersama Ringgo.
Kedekatan keduanya memang bermula ketika sama-sama melakukan syuting FTV di Jogja. "Sejak awal, Ringgo memang anaknya asyik. Sempat dekat tapi lantas jauh. Terus, dekat kembali. Dari dulu kami berpikir, kalau jodoh, ya, alhamdulillah. Tak ada sesuatu yang dipaksakan dalam hubungan ini," ungkapnya.
Kendati terbilang masih baru menjalani hubungan bersama vokalis band The Aftermiles itu, pasangan yang sama-sama menyukai musik ini sudah mantap mengakhiri masa lajang mereka. "Insya Allah menikah tahun depan," kata Sabai sambil tersenyum. "Tingkat kenyamanan bersama Ringgo lah yang akhirnya memutuskan aku mau menikah. Terlebih, kedua keluarga sudah saling dekat," tambahnya.
Ringgo bahkan telah melamar Sabai melalui Sang Bunda, Upik Morscheck, saat ia mengunjungi Bali. "Dia sudah minta izin sama Mama karena Papa aku sudah meninggal sejak tahun 2002 lalu. Obrolannya biasa saja dan santai. Mama aku senang sekali karena sejak lama memang ingin melihat aku menikah, tapi aku justru santai. Ha ha ha."
Sabai dan Ringgo memang termasuk pasangan yang sangat santai dan cuek. Bahkan, keduanya belum menentukan tanggal atau tempat pernikahan. Rencananya, "Kami ingin menikah di sebuah pantai di Bali, tapi belum menentukan tempatnya. Doakan saja, ya," tutup Sabai sambil tersenyum.
Dorris Jane Nainggolan