NOVA.id - Seperangkat alat salat, Alquran, seuntai kalung bermata berlian, dan uang 88 Real, diberikan Noe Letto sebagai mas kawin.
Dalam satu tarikan napas, Noe mengucapkan syahadat dengan lancar, dipandu wali nikah KH Agus, imam Masjid Al Kautsar, yang sudah turun temurun menikahkan dengan upacara adat.
Sesuai adat Tolaki, jari jempol Noe beradu dengan jari jempol sang imam.
Dengan posisi duduk saling berhadapan dan lutut yang terlipat, Noe harus duduk tegak dan gagah.
Kedua jempol itu ditutup kain putih, sebagai pelambang kesakralan.
"Pernikahan ini tidak sekadar mengucap syahadat, tapi juga mempertemukan dua jempol yang merupakan 'janji' saya sebagai mempelai pria, yang akan bertanggung jawab kepada istrinya," ujar Noe menjelaskan makna prosesi yang dijalaninya.
Sementara itu, budayawan MH Ainun Nadjib, ayah Noe, mengaku bangga sang putra mau menjalani seluruh prosesi pernikahan sesuai tradisi.
"Ini adalah adat kebudayaan warisan dari para leluhur yang harus dilestarikan," ujar Cak Nun yang ternyata sudah merasa lega jauh sebelum pernikahan digelar.
"Saya lega sejak 4 bulan lalu, saat dia menyampaikan ingin menikahi Uci. Saat itu juga saya langsung memberi nasehat perkawinan buat Noe. Hanya dua kata, 'Jangan bodoh!'"
Nasihat sederhana namun tajam ini disampaikan Cak Nun bukan tanpa maksud.
Baca Juga: Inilah 4 Nasihat Aa Gym buat Pernikahan Laudya Cynthia Bella dan Engku Emran
"Saya melihat ini bukan urusan Noe dan Uci saja, tetapi banyak yang terlibat. Mudah-mudahan pernikahan Noe dan Uci semakin mendewasakan mereka karena pernikahan ini adalah penikahan keluarga besar Yogya, Kendari, Palembang, dan Lampung," papar Cak Nun yang juga berpesan agar Noe meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamanya sebagai bujangan.