Kali Code awalnya merupakan pemukiman pinggir sungai yang kotor dan kumuh. Namun, berkat 'sentuhan' almarhum Romo Mangun, kawasan itu pun menjadi perkampungan yang tertata bersih dan artistik.
"Pokoknya di sana beneran bersih banget. Gue kaget. Enggak ada puntung rokok satu pun. Semua buang sampah pada tempatnya. Gue jadi takut kalau buang sampah sembarangan," ujar Ringgo pada jumpa pers "Jagad Kali Code", di Blitz Grand Indonesia, Kamis, (29/1).
Di film yang disutradarai Herwin Novianto ini, Ringgo berperan sebagai Jagad, pemuda pengangguran dari kampung Kali Code. Bersama dua orang kawannya, Bayu (Mario Irwiensyah) dan Gareng (Opi Bachtiar), mereka mendapat tugas dari Semsar (Tio Pakusadewo), preman setempat mencari flashdisk milik seorang perempuan (Feby Febiola).
Namun, lantaran gagap teknologi (gaptek), ketiganya tidak mengetahui apa yang dimaksud flashdisk. Di sinilah pencarian Jagad cs menemui banyak hambatan.
Selain kagum akan kebersihan dan keindahan kampung Kali Code, pria asal Bandung ini memperhatikan kesamaan karakteristik anak muda Yogya dan Bandung untuk urusan kreativitas. "Di Bandung musik indie-nya jalan, di Yogya juga. Di Bandung industry clothing berkembang, di Yogya juga. Kalau gue lihat sih, karena di Yogya dan Bandung kemana-mana dekat. Jadi, orang sambil nongkrong-nongkrong juga bisa berkreasi. Kalau di Jakarta, orang cenderung ke suatu tempat ya untuk kepentingannya, ada tujuannya apa. Soalnya kan kemana-mana jauh, macet."
Ringgo mengakui, di film ini dirinya mengalami kesulitan soal penggunaan bahasa Jawa. Maklum, pria berdarah Palembang ini dibesarkan di kota Bandung yang kental dengan dialek maupun bahasa Sunda.
Ia menyadari, penonton yang memang orang Jawa bakal mengetahui kekurangannya saat berbahasa Jawa. "Bahasa Sunda dan Jawa kan bisa dibilang berbanding terbalik. Di lingkungan gue sedikit yang berbahasa Jawa. Gue coba belajar ngomong sama temen kampus. Gue sih berharap penonton yang bukan orang Jawa bisa ditipu," canda Ringgo. Astri
Foto: Astri