Jaitov 'Tigor' Yanda Tak Tahan Lihat Istri Menangis

By nova.id, Rabu, 12 November 2008 | 04:04 WIB
Jaitov Tigor Yanda Tak Tahan Lihat Istri Menangis (nova.id)

Jaitov Tigor Yanda Tak Tahan Lihat Istri Menangis (nova.id)

""

Tak Pernah terlintas di benak Jaitov Yanda perannya sebagai Tigor, pria Batak yang selalu takluk pada istrinya di komedi situasi Suami-Suami Takut Istri (SSTI), bisa booming seperti saat ini.

Padahal, kariernya di dunia seni peran dirintis secara tak sengaja. Bertekad untuk sukses di Ibukota, Jaitov meninggalkan kampung halamannya, Balikpapan, Kalimantan Timur. Ikuti cerita Jaitov soal perjuangannya dari nol hingga meraih sukses. Kenapa memutuskan merantau ke Jakarta? Saat masih di Kalimantan dulu, saya badung banget. Saking badungnya, saya sering enggak dianggap "ada" sama orang-orang. Saya cuek aja, suka tidur di pinggir jalan dan pulang pagi. Tapi saya yakin, dunia pasti berputar.

Modal nekat, tahun 90 saya ke Jakarta. Waktu itu masih umur 22 tahun. Kebetulan saya punya kenalan yang kasih pekerjaan sebagai bodyguard di kafe. Pekerjaannya hanya nemenin orang saja. Mungkin karena tampang saya sangar, ya? Ha..ha.. Terkadang cuma diminta nemenin duduk, makan, minum, dan dibayar pula. Siapa yang enggak mau, kan? Lumayan lama juga saya jadi bodyguard. Hampir 13 tahun. Setelah itu, baru saya serius menekuni olahraga binaraga dan body building. Sejak kapan benar-benar menyukai binaraga? Sejak di Kalimantan memang sudah tertarik dengan urusan bentuk-membentuk badan. Apalagi, dulu kalau lihat film-filmnya Sylvester Stallone, jadi tambah ingin punya badan besar. Tapi dulu, kan , fasilitasnya terbatas. Begitu sampai Jakarta, baru tahu kalau alat-alat untuk body building itu banyak. Setelah berhenti jadi bodyguard, tahun 94 saya membantu teman mengelola pusat kebugaran milik pemerintah. Awalnya cuma jadi instruktur biasa. Lalu saya bisa kenal Ade Rai, yang saat itu sedang jaya-jayanya dan baru pulang dari Amerika. Kami banyak ngobrol dan diskusi. Saya jadi jatuh cinta dengan binaraga. Ya, sudah, saya jalani serius, rutin latihan, dan ikut berbagai kejuaraan. Puncaknya, saya pernah meraih juara dua (medali perak) di PON Surabaya tahun 1997.