Waspadai Jenis Sakit Kepala Sesuai Tingkatannya

By , Senin, 13 Juli 2015 | 03:45 WIB
Waspadai jenis nyeri kepala sesuai tingkatannya (Nova)

Secara medis, jenis sakit kepala dibagi dua golongan, yaitu sakit kepala primer dan sekunder. Pada nyeri primer, tidak ada penyebab khusus yang menganggu stuktur kepala, contohnya migren, nyeri kepala tipe tegang yang disebabkan ketegangan di sekitar otot-otot kepala, ataupun nyeri kepala cluster yang gejalanya mirip dengan migren yaitu nyeri kepala sebelah.

“Nyeri kepala karena ketegangan otot terjadi akibat otot-otot di sekitar kepala, tengkuk, leher tegang seperti dicengkeram. Terutama di bagian dahi, tengkuk dan leher hingga ke bahu,” ujar dr. Yuwono, SpS., FINS., dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta.

Baca: Pusing atau Nyeri Kepala? Kenali Gejala dan Bahayanya Mulai Sekarang

Diakui dokter berkacamata tersebut, penyebab migren atau nyeri kepala bisa disebabkan pengaruh genetik, keturunan, suhu panas, atau cahaya silau yang bisa memicu migren. Makanan juga bisa berpengaruh seperti cokelat atau keju.

“Sakit kepala tidak mengenal usia dan jenis kelamin, baik anak maupun pria dan perempuan bisa saja mengalami sakit kepala primer,” ungkapnya.

Sementara, sakit kepala sekunder adalah gangguan yang terjadi pada struktur kepala, contohnya tumor otak, kelainan pada pembuluh darah otak, infeksi seperti meningitis atau radang pada selaput otak. Sedangkan, pada radang yang menyerang otak disebut ensafilitis yang disertai nyeri kepala hebat, kejang-kejang, demam sampai pada penurunan kesadaran.

Baca: Salah Ukuran Bra Berakibat Sakit Kepala dan Gangguan Pencernaan

Adapun menurut dokter Yuwono penyakit yang disebabkan kelainan pada pembuluh darah otak (aneurisma) atau varises pada pembuluh darah otak yang biasanya dimulai dengan sakit kepala hebat dulu. Secara medis, penyakit terjadi akibat dinding pembuluh darah otak seperti ban tipis yang dimasukkan angin sehingga membentuk seperti balon, lalu balon tersebut kemudian pecah dan menimbulkan pendarahan di otak.

Banyak orang masih salah paham terkait gejala kolesterol tinggi yang ditandai dengan kaku dan sakit pada tengkuk serta leher, padahal tidak seperti itu.

“Kolesterol tidak menyebabkan nyeri atau kekakuan pada otot leher dan tengkuk, tapi penyebabnya karena ketegangan otot yang dipicu aktivitas dalama jangka waktu lama, misalnya duduk lama di depan computer, stres karena pekerjaan serta duduk di bawah AC yang membuat otot makin kaku,” jelas dokter Yuwono.

Noverita K. Waldan/Tabloid Nova