Belajar dari kasus mantan model yang wajahnya rusak setelah suntik filler, tabloidnova.com pun langsung penasaran dan bertanya pada pakar kecantikan injeksi filler. (artikel selengkapnya)
Seperti yang Anda tahu, perempuan bernama Sarai Mohammad asal London, Inggris, yang pernah berprofesi sebagai model mengaku menyesal melakukan perawatan suntik filler guna mempercantik dirinya. Pasca prosedur dan setelah sadar, mata Sarai menjadi bengkak hingga ia mengalami kesulitan bernapas.
Baca: Inilah Perbedaan Suntik Botoks dan Filler untuk Kecantikan
Parahnya, setelah ia kembali ke Inggris, ia mendapati ternyata cairan yang diinjeksi di bawah matanya bukanlah hyaluronic acid, melainkan filler bersifat permanen. Mengerikannya lagi, perubahan pun tak kunjung terjadi, malah kondisinya semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, saat mencoba mengeluarkan filler tersebut, cairannya terus berada di bawah mata sehingga mau tidak mau mereka harus mengiris bagian atas alis dari mantan model yang wajahnya rusak setelah suntik filler tersebut.
Baca: Hindari 7 Hal Berikut Pasca Injeksi Dermal Filler
Menanggapi kasus ini, Miranti Kenchana, public relations dari Restylane Indonesia mengungkapkan pendapatnya. Menurutnya, secara prosedural seharusnya injeksi filler dilakukan oleh dokter ahli bersertifikat, berpengalaman dan sudah teruji kemampuannya. Selain itu, sang dokter juga wajib menunjukkan terlebih dulu produk dan kotak kemasan filler serta menyertakan bukti keaslian kandungan filler tersebut adalah hyaluronic acid (asam hyaluronat) sebelum proses perawatan suntik filler.
Baca: Mengenal NDS, Sistem Injeksi Filler dan Skinboosters untuk Kulit Cantik
“Merk dan kualitas harus jelas dan menunjukkan izin edar resmi dari departemen kesehatan atau intitusi setara yang diakui di Negara. Misalnya FDA kalau di Amerika atau DepKes RI jika di Indonesia. Saat produk diperlihatkan dari boks kemasan ke pasien sehingga pasien tahu kalau produknya itu tidak asli dan tidak ditukar atau diganti,” papar Miranti.
Lebih lanjut, tahapan prosedur suntik filler pun harus melewati pengisian "consent form" sebelum berpindah ke tahap selanjutnya sebagai bagian dari konsultasi bersama dokter. Di dalamnya mencakup tentang riwayat penyakit, riwayat alergi dan pola hidup pasien.
Baca: dr.Olivia Ong: Peminat Suntik Botoks dan Filler Merambah ke Usia Muda
“Meskipun aku belum pernah dengar ada kasus alergi atau kontradiksi dengan zat hyaluronic acid (HA), tapi tetap saja hal dan tahapan prosedur perlu diketahui sama dokternya. Belum lagi sebelum perawatan juga ada pengolesan zat anestesi di area yang akan di filler. Bisa saja, kandungan dalam krim anestesi yang menyebabkan alergi,” terang Miranti.
Indikasi alergi suntik filler dapat juga disebabkan oleh faktor alergi terhadap logam. Contohnya alergi saat memakai anting dari logam emas maupun perak. Soalnya, jarum suntik juga terbuat dari logam sehingga kemungkinan alergi bisa dipicu oleh berbagai faktor.
Baca: Cara Suntik Botoks Bekerja Mengatasi Kerutan di Wajah
Selain itu, efek dari kandungan filler secara terbuka perlu dijelaskan sisi positif dan negatifnya. Pasalnya, kandungan filler yang beredar di pasaran banyak sekali yang bukan mengandung HA murni dan asli, melainkan dari lemak hewan maupun silikon.
“Melihat dari kasus tersebut sebenarnya disebutkan filler permanen sehingga bisa saja terbuat dari silikon. Sedangkan, kalau HA itu tipe non permanen. Memang, nampaknya prosedur itu bertele-tele dan terkesan ribet. Tapi, penting sekali dilalui demi mencegah malpraktek seperti komplikasi dan pemalsuan produk,” tutup Miranti seputar tahapan prosedur suntik filler yang benar.