Berbeda dengan dua rekan jurinya dalam Masterchef, latar belakan Audra Morrice bukanlah dari dapur profesional. Karir kuliner wanita keturunan Cin dan India ini – seperti halnya ke-15 kontestan – juga sebagai koki rumahan yang mencoba menantang dirinya sendiri dalam program Masterchef Australia musim ke-4 di tahun 2012. Walau hanya mencapai top 3, Audra dikenal sebagai salah satu finalis yang paling konsisten dalam mengolah dan menyajikan makanan dalam kompetisi.
Sebelum akhirnya bermukim di Australia, Audra menghabiskan masa remajanya di Singapura. Dengan latar belakang orang tua dan juga besar di Singapura yang dikenal multikultur, Audra terekspose dengan beragam macam masakan dari berbagai negara. Lulusan Universitas Cantebury di Selandia Baru dengan dua gelar sarjana di ekonomi dan bahasa Jepang, Audra sukses meniti karirnya di dunia telekomunikasi dan memenangkan banyak penghargaan di bidang penjualan.
Namun, minat kuliner Audra semakin besar dan itulah yang membuatnya berkeputusan untuk mencoba merintis karir di dunia kuliner. Mengikuti kompetisi Masterchef Australia adalah langkah pertamanya di dunia yang ia cintai sejak lama.
Kini, Audra menetap di Australia bersama dengan keluarganya. Ia mengelola bisnis katering dan kelas memasak di Sydney dan Singapura. Ia juga memiliki progam memasak sendiri di televisi yang berjudul “Tasty Conversations.” Baru-baru ini, ia meluncurkan berbagai produk makanan yang dijual di Australia dan kampung halamannya, Singapura. Buku resep masaknya rencananya akan diedarkan akhir tahun ini.
Baca: Bruno Ménard 'Masterchef Asia': Jadi Juri Tidak Harus Memotong Leher Kontestan
Keikutsertaannya sebagai juri di Masterchef juga tidak dipungkirinya membuatnya seperti sedang bernostalgia pada masa-masa ia berkompetisi. Apalagi, format Masterchef Asia ini memang akan banyak mengadapsi dari program Masterchef Australia yang lebih cenderung berkiblat pada membina dan membimbing para kontestan. Gaya penjuriannya pun akan sangat berbeda dengan gaya Gordon Ramsay dan kawan-kawan di Masterchef US, yang pastinya.
“Begitu masuk dapur Masterchef yang luas, saya tidak dapat menyembunyikan senyum saya. Banyak kenangan yang menyenangkan langsung terlintas dalam benak. Saya sangat bersemangat untuk segera menjalankan tugas saya sebagai juri. Saya bisa melihat betapa besar kecintaan para kontestan pada memasak dan itu juga jadi pemicu semangat saya. Suasananya pun kurang lebih sama dengan Masterchef Australia dimana nantinya saya akan bertindak sebagai mentor. Jadi tidak ada itu juri yang galak atau yang suka memaki-maki,” ungkap ibu dari dua anak ini.
Namun, walau tidak ada juri yang galak atau suka mencela, Audra tidak memungkiri jika dinamika di antara ketiga juri ini tidaklah selalu mulus. Apalagi, jika ada ketidaksepakatan dalam menilai masakan kontestan.
“Walau tidak ada yang menjadi juri jahat, tetapi nanti kamu tonton langsung saja jika kita bertiga sebagai juri sangat vokal dalam menyuarakan pendapatnya. Jadi, ketika terjadi ketidaksepakatan di antara kita bertiga, perang mulut di antara kita akan terjadi dan tertangkap dalam kamera. Tetapi, perang mulut itu tetap dalam konteks penilaian karena kita berusaha jujur dalam menilai makanan. Jika memang tidak enak, ya, kita akan bilang kita tidak enak.Begitu juga sebaliknya, kalau memang enak, langsung akan kita puji,” seru wanita yang populer dengan masakannya rendang daging.
Untuk gaya memasak pribadi, Audra mengaku jika sejalan dengan pertambahan umur, ia mengaku lebih suka memasak gaya masakan Asia, sesuai dengan latar belakang etniknya yang juga multikultur.
“Dulu saya senang bereksperimen dan memasakan masakan barat tetapi sejalan dengan umur, semakin saya tua, saya semakin menikmati memasak masakan Asia. Mungkin juga karena masakan Asia jelas-jelas merupakan masakan yang lebih saya kenal.”
Syanne