Orangtua, Ini Akibatnya Jika Selalu Menuruti Kemauan Anak!

By nova.id, Kamis, 24 September 2015 | 06:15 WIB
Ini Akibatnya Jika Selalu Menuruti Kemauan Anak! (nova.id)

Memang sulit rasanya untuk menolak keinginan si kecil, apalagi saat dia memintanya dengan ekspresi menggemaskan membuat Anda tak sampai hati untuk berkata tidak. Namun, jangan sampai sifat susah menolak permintaan anak jadi sebuah kebiasaan. Sebab, selalu menuruti kemauan anak berdampak buruk bagi mereka.

Menurut Melissa Deuter, MD., pola anak meminta dan orangtua wajib memenuhi, membentuk gaya berkomunikasi yang terus terjadi hingga si kecil dewasa. Padahal, cara ini bisa membahayakan pembentukan karakter anak.

Anak yang selalu mendapatkan segala yang mereka minta, kata Deuter, membuat anak memiliki pribadi yang kurang daya saing dan menjadikan mereka tempramental. Ini salah satu akibat selalu menuruti kemauan anak. Seiring waktu, hal-hal yang diinginkan itu tidak terpenuhi bisa memicu amarah si kecil sehingga dia memberontak, menangis, dan berteriak-teriak, tanpa memedulikan lingkungan sekitarnya.

Baca: Survei: Para Ibu Rela Berhutang Demi Kebutuhan Anaknya

“Pemikiran orangtua zaman sekarang adalah mereka bekerja untuk anak. Itu memang benar. Namun, tak mesti apa yang anak inginkan harus dipenuhi. Ingat juga mereka masih perlu biaya untuk sekolah dan kuliah,” urai Deuter soal akibat selalu menuruti kemauan anak.

Selain itu, ego orangtua zaman sekarang juga cenderung kompetitif terhadap orangtua lain. Tanpa mereka sadari, sifat yang demikian merugikan buah hati mereka. Deuter memberikan contoh tipe orangtua yang mengerjakan tugassekolah anak supaya anak mendapatkan nilai terbaik.

Baca: Menyambut Lahirnya Anak Generasi Alfa yang Melek Digital

“Orangtua semestinya membantu dan mengajarkan anak, bukan menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab anak, berkaitan dengan tugas sekolah,” sarannya soal kebiasan selalu menuruti kemauan anak.

Selanjutnya, Deuter mengatakan bahwa berkata “Tidak” pada anak-anak, bukan persoala mudah pada sebagian orangtua. Namun, Deuter mengingatkan, kata “Tidak” bukan berarti tidak sayang, tapi bagian dari pola asuh positif untuk mental anak di masa depan.

“Banyak orangtua di sesi konseling keluarga tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan anak. Pendidikan merupakan kebutuhan anak yang patut dipenuhi orangtua, tapi mainan atau busana mahal adalah keinginan yang tidak prioritas,” tegas Deuter menceritakan akibat selalu menuruti kemauan anak.

Baca: Orangtua, Begini Cara Mengasuh dan Mendidik Anak Generasi Alfa

Lebih lanjut, Deuter mengisahkan pengalaman salah satu klien yang memiliki anak berpendidikan bagus tapi susah mencari pekerjaan yang layak. Satu tahun setelah lulus kuliah, anak tersebut masih juga bekerja dengan profesi yang sama saat masa sekolah, yaitu menjadi pelayan restoran.