Kuliner Kaki Lima Khas Bandung, Laku Seribu Porsi Sehari

By nova.id, Rabu, 7 Oktober 2015 | 03:45 WIB
Cuanki Serayu, mirip dengan bakso malang (nova.id)

Tabloidnova.com - Di Bandung, Anda bisa dengan mudah menemukan seblak, mi kocok, dan cuanki di berbagai sudut kota. Namun, ketiga tempat makan di bawah inilah yang dikenal sebagai rajanya. 

Cuanki Serayu  Rasa Kuahnya Beda

Sepintas, cuanki mirip dengan bakso malang. Isinya antara lain tahu putih yang diisi aci, siomay, bakso, pangsit rebus, pangsit goreng, dan bakso goreng. Hanya saja, tak seperti bakso malang, cuanki tidak menggunakan mi kuning. Kuahnya yang gurih pun bening bertabur irisan daun bawang. Di Cuanki Serayu, masing-masing isi dibuat dalam ukuran cukup besar sehingga menyantap setengah porsi pun terasa kenyang.

Selain cuanki, Cuanki Serayu juga menyediakan batagor yang berisikan tahu, siomay kering, pangsit, dan bakso goreng. Bila Anda ingin bersantap di sana, mengantrelah di barisan yang biasanya mengular ke luar. Sementara, bila bermaksud dibawa pulang, Anda bisa langsung memesan di gerobak di bagian kanan depan.

Meski sebenarnya cuanki lebih nikmat dimakan saat udara dingin karena kuahnya yang panas, pembeli yang datang di Cuanki Serayu tak mengenal waktu. Siang sejak baru dibuka pun cuanki ini sudah mulai diserbu pengunjung. “Malah, kadang-kadang setengah jam sebelum kami belum buka, mereka sudah mulai mengantre,” ujar Rojim (40) yang menjadi pegawai pertama sejak Cuanki Serayu didirikan.

Saat jam makan siang tiba, warung makan ini tak mampu memuat “ledakan” pengunjung yang berdesakan mencari tempat duduk. Di dalamnya, pembeli seolah tak menggubris panasnya hawa dan sempitnya ruang gerak karena disesaki 50 pengunjung. Selain itu, meski harus mengantre panjang atau duduk di bawah pohon di trotoar di samping atau seberang, para pembeli tak keberatan.

Memarkir mobil agak jauh karena di sekitar Cuanki Serayu sudah penuh oleh mobil para pembelinya pun tak masalah. “Kalau menurut mereka, rasa kuah yang berbeda dari tempat lain yang membuat mereka sering datang ke sini. Siomay dan pangsit rebusnya juga enggak keras,” ujar Rojim. Penuhnya pembeli, menurutnya, sudah menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Tak heran, meski jam tutupnya pukul 19.00, tempat makan yang buka pukul 11.00 ini biasanya sudah habis pukul 17.00.

“Kadang-kadang, pembeli yang datang dari jauh juga enggak kebagian karena sudah habis,” imbuh Rojim sambil menambahkan, banyak pembeli yang datang dari luar kota seperti Jakarta. Meski dijual di pinggir jalan, tak kurang dari artis dan istri pejabat datang mencicipi gurihnya Cuanki Serayu, termasuk Annisa Pohan, menantu mantan presiden SBY. “Ada juga yang beli untuk dibawa ke luar kota seperti Bali dan Pekanbaru.”

Setiap hari, tempat makan yang libur setiap Senin pertama di awal bulan ini menghabiskan cuanki dan batagor masing-masing 200-300 porsi. Satu porsi cuanki atau batagor dihargai Rp15.000, sedangkan separuh porsi Rp10.000. Selain melayani pengunjung yang datang, lanjut Rojim, Cuanki Serayu sering menerima pesanan untuk berbagai acara, mulai dari arisan, ulangtahun, sampai pernikahan. “Kalau pesan minimal 100 porsi, kami kirim orang untuk melayani para tamu ditempat acara.”

Sejak awal didirikan tahun 1997, cuanki yang kini memiliki 15 orang pegawai ini memang berlokasi di Jalan Serayu, Bandung. Kasno, pria asal Kebumen yang merantau ke Bandung, sebelumnya memang berjualan cuanki dengan gerobak pikul dan mangkal di Jalan Serayu. Lezatnya cuanki Kasno membuatnya semakin laris dan akhirnya ia memiliki warung sendiri pada 1997 di tempat yang sama. Sejak itulah, cuanki Kasno diburu banyak orang.

Penuhnya tempat makan itu membuat Kasno lalu mendirikan cabang di Jalan Mangga. “Yang di sana juga sering penuh seperti di sini. Ada lagi di Jalan Cihapit, tapi bentuknya bukan warung, melainkan dijual dengan gerobak beroda di pinggir jalan,” tutur Rojim sambil menambahkan, dari tiga cabang total jumlah pegawai mencapai 22 orang dengan penjualan sekitar 500 porsi cuanki dan 200 porsi batagor setiap hari.