Bagi sebagian orang, antibiotik dianggap sebagai obat manjur untuk segala penyakit. Bahkan, sugesti yang berkembang ialah soal konsumsi antibiotik secara rutin agar penyakit lekas pulih.
Sayangnya, tidak semua orang tahu bahwa konsumsi antibiotik secara berlebihan dan sembarangan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan resistensi, atau kondisi dimana tubuh kebal terhadap antibiotik. Ini pula yang kerap terjadi pada buah hati ketika terserang sakit. Lalu, perlukah selalu berikan antibiotik saat anak sakit ?
Baca: Konsumsi Antibiotik Berlebihan Merusak Daya Tahan Tubuh Terhadap Bakteri
Menurut para dokter, alasan mengapa banyak dokter memberikan antibiotik kepada anak karena adanya desakan dari orangtua untuk memberikan obat pada anaknya yang sedang sakit. Namun, ternyata sebuah penelitian terbaru justru menyatakan fakta sebaliknya.
Ternyata, dalam penelitian tersebut para orangtua sangat berhati-hati dalam memberikan obat kepada anaknya, termasuk antibiotik. Penelitian tersebut telah melibatkan 100 orangtua di Pennsylvania yang membawa anak-anak mereka ke dokter karena mengalami gejala infeksi pernapasan seperti batuk-batuk dan pilek.
Baca: Kelebihan Antibiotik Bikin Kuman Jadi Kebal?
Para peneliti bertanya kepada orangtua mengenai pandangan mereka terhadap antibiotik. Lalu, menanyakan apakah orangtua berencana meminta antibiotik pada dokter. Hasilnya adalah, tak satupun orangtua yang berencana untuk meminta antibiotik kepada dokter saat membawa anaknya berobat. Para peneliti bertanya soal konsumsi antibiotik untuk anak sebelum orangtua pergi mengunjungi dokter.
Penelitian ini melibatkan para orangtua dari berbagai ras dan tingkat pendidikan. Kebanyakan dari orangtua datang ke dokter untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kesehatan anak mereka dan akan percaya saran dokter untuk pengobatan yang harus dijalani.
Baca: Kelebihan Antibiotik Bikin Kuman Jadi Kebal?
Julia Szymczak dari Rumah Sakit Anak Philadelphia yang mempelajari sosiologi medis mengaku terkejut dengan hasil penelitian itu. Sebab, dalam penelitian sebelumnya, para dokter mengaku memberikan resep antibiotik yang tidak perlu kepada anak-anak karena adanya desakan permintaan obat oleh orangtua.
Misalnya, dokter memberikan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti flu. Penanganan penyakit yang disebabkan oleh virus tentunya tidak akan ampuh dengan antibiotik. Peneliti yang dipublikasikan dalam IDWeek 2015 ini tak menemukan korelasi antara pengakuan dokter dan para orangtua. Menurut peneliti, mungkin saja dokter terburu-buru memberikan resep ketika sedang banyak pasien.
Dalam waktu yang singkat, dokter bisa jadi tidak memiliki waktu untuk mengedukasi orangtua bahwa penggunaan antibiotik tidak selalu perlu digunakan untuk semua penyakit.