Bupati Kabupaten Kepulauan Aru Angki Renjaan menolak pemberitaan di media sebelumnya yang menyebutkan bahwa ada kendala transportasi hingga menyebabkan dr Dionisius Giri Samudra atau Andra meninggal dunia.
Hal itu disampaikan dalam upacara menyambut jenazah Andra di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (13/11/2015) pagi.
"Dari pemda sebenarnya sudah menyiapkan alat transportasi, tetapi dari tim IDI (Ikatan Dokter Indonesia) di sana bilang, Andra tidak boleh dipindahkan dulu sampai kondisinya membaik," kata Angki kepada Kompas.com.
Menurut dia, saat Andra masih dirawat di RSUD Cendrawasih, Dobo, ada rencana untuk memindahkannya ke Tual. Rencana pemindahan muncul karena keterbatasan alat medis di sana, meskipun di RSUD Cendrawasih dikatakan ada 10 dokter ahli.
Baca juga: Dokter Muda yang Meninggal Dalam Tugas Itu Dianugerahi Penghargaan Bidang Kesehatan
"Saya tidak mau ambil risiko. Tim IDI kan yang lebih ahli, saya tidak paham. Kalau saya pindahkan, Andra kenapa-kenapa, nanti saya yang dimaki-maki," tutur dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikyel Pontoh menyebutkan, banyak warga di pedalaman yang mengalami nasib sama seperti Andra, tetapi luput dari perhatian.
"Kasus ini juga diharapkan jadi perhatian bagi pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Ini satu dokter saja yang meninggal. Sebenarnya banyak warga di sana juga meninggal dengan kondisi yang sama karena kesulitan transportasi saat sakit," ungkap Pontoh.
Baca juga: Pesawat Tak Ada, Jenazah Dokter Muda Ini Terpaksa Diangkut Dengan Kapal Laut
Adapun untuk menuju ke tempat Andra bertugas, dari tempat tinggalnya di Pamulang, Tangerang Selatan, dia harus naik pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Pattimura, Ambon, Maluku.
Dari Bandara Pattimura, perjalanan dilanjutkan dengan pesawat kecil menuju Kota Tual. Perjalanan dari Kota Tual ke Dobo ditempuh menggunakan kapal feri dengan lama perjalanan mencapai 12 jam.
Andri Donnal Putera / Kompas