Meski sudah dua kali merasa kecewa oleh manajemen, para pengemudi layanan ojek aplikasi GoJek menyatakan tidak mau keluar dari pekerjaannya.
"Kami tidak akan keluar," kata salah seorang pengemudi Go-Jek, Fitrijansjah Toisutta, saat dihubungi, Minggu (16/11/2015).
Fitrijansjah mengaku tujuan mereka mengadakan mogok kerja dan unjuk rasa pada pekan depan lebih disebabkan adanya keinginan agar manajemen melakukan perbaikan.
"Maksud kami (berunjuk rasa) supaya ada perbaikan karena manajemen kan dari awal berupaya untuk lebih baik," kata pria yang telah bekerja sebagai pengemudi Go-Jek sejak Mei 2015 ini.
Fitrijansjah merupakan koordinator aksi unjuk rasa pengemudi Go-Jek yang berencana akan melakukan aksi pada 16, 18, dan 20 November.
Baca juga: Gojek Merugi, Ini Perubahan Tarif untuk Penumpang
Ia menyebut aksi itu diperkirakan akan diikuti oleh sekitar 200 pengemudi Go-Jek. Aksi ini dilatarbelakangi pemotongan honor sebesar Rp 40.000 yang dilakukan manajemen terhadap pengemudi.
Menurut Fitrijansjah, manajemen beralasan pemotongan dilakukan untuk biaya pembuatan jaket, seragam, dan atribut lainnya. Padahal, kata dia, pemotongan biaya tersebut tidak pernah dibahas saat perjanjian kerja.
Adanya rencana unjuk rasa disertai mogok kerja kali ini merupakan yang kedua kalinya. Beberapa waktu lalu, pengemudi Go-Jek juga sempat merencanakan aksi yang sama menyusul adanya pemotongan biaya per kilometer terhadap pengemudi Go-Jek.
Namun, aksi urung terlaksana karena manajemen Go-Jek mengancam akan memberhentikan pengemudi yang ikut dalam aksi tersebut. Alsadad Rudi / Kompas.com