Tabloidnova.com - Ternyata, penulis buku laris, The 100- Year- Old Man Who Climbed Out Of The Window And Disappeared tidak sebagus, apalagi selucu tulisannya. Bahkan, Jonas Jonasson, penulis asal Swedia itu nampak begitu keji di mata mantan istrinya, Alex Tjoa, sedikit dari fotografer perempuan Indonesia yang karyanya layak dipuji itu bertahun-tahun harus menanggung derita. Tak bisa lagi bertemu dengan Jonatan, buah perkawinannya dengan Jonas Jonasson. Lahir di Palembang, 20 Agustus 1969, Alex Tjoa mengaku menyukai seni sejak usia dini. Namun dunia fotografi yang lantas memikatnya. Ia mendalami foto-foto kuliner (food photography). Dan sukses. Beberapa kali ia pun menggelar workshop photography di Oia, Santorini, Yunani. Saat ini Alex menjadi photographer dan kurator buku javara feast yang ditulis oleh Helianti Hilman, pendiri Javara. Buku itu untuk mengenalkan keragaman pangan lokal Indonesia ke dunia internasional. Sempat berkelana di 40 negara dan tinggal di 8 negara, perempuan berusia 46 tahun ini memilih menetap di swedia. Berjuang melawan keputusan pengadilan yang dianggap telah menzaliminya, dan demi bisa menghirup udara dan melihat langit yang sama dengan sang putra, Jonatan. Meskipun hingga hari ini Alex belum juga bisa memeluknya.
Bercerita tentang anakku, Jonatan, tak mudah buatku. Aku seperti membuka luka yang belum sembuh. Luka yang masih basah.
Aku bertemu ayahnya, Jonas Jonasson di situs match.com pada tahun 2005. Jonas tidak bekerja akibat burnt out. Kondisinya sangat lemah dan sangat tidak tahan stres. Pergi ke luar sebentar saja dia bisa stres. Waktunya banyak dihabiskan untuk tidur. Ini terjadi karena dia workaholic, kerja tanpa batas selama puluhan tahun.
Tak hanya itu. Jonas juga diharuskan pemerintah terapi ke psikolog dan psikiatris secara rutin. Dia tergantung dengan obat-obatan, seperti sobril dan endronax. Yang aku tahu, tak mudah lepas dari ketergantungan obat-obatan seperti itu. Perlu bertahun-tahun.
Aku tidak mengada-ada. Karena kondisi itu dia beberkan sendiri dalam surat yang dia tulis kepada mantan pasangannya, Maud Svensson.
Saat itu pun Jonas tidak bekerja. Untuk biaya hidup Jonas menutupinya dari santunan asuransi sosial (försäkringskassan). Hingga, Jonatan lahir pada 11 Maret 2007.
Saat mengandung Jonatan aku tidak mengidam yang aneh-aneh. Kehamilannya lancar-lancar saja. Hanya saja seminggu sebelum Jonatan lahir, aku demam tinggi. Kata dokter akibat ukuran bayi yang besar, sehingga menekan ginjalku. Aku menderita infeksi kandung kemih. Dan infeksi ini dapat membahayakan aku dan anak.
Dokter menyuruhku dirawat paling tidak seminggu. Dan jika setelah itu Jonatan tidak juga lahir, maka ia harus dipaksa keluar.
Berkat doa, akhirnya Jonatan lahir alami, tanpa epidural dan operasi. Ooh<, saat lahir, tubuh Jonatan merah sekali seperti bayi orang Indian. Tapi rambutnya hitam legam lurus seperti rambutku. Matanya juga besar, seperti mataku.
Namun, begitu Jonatan lahir produksi ASI ku tidak ada. Entah karena Jonatan belum pintar mengisap, atau produksi air susuku memang sedikit. Yang jelas minggu-minggu pertama penuh perjuangan. Setelah googling, aku baru tau bahwa produksi ASI itu
Aku lalu menyewa pompa ASI listrik. Selama dua minggu aku intensif memompa setiap tiga jam. Alhasil, produksi ASI ku melimpah ruah. Aku memberi ASI sampai Jonatan hampir berumur 2 tahun. Sampai ayahnya memaksaku menghentikan pemberian ASI dan tiba-tiba, tanpa pengurangan gradatif.
Tapi syukurlah Jonatan tumbuh dengan sehat dan berat banget. Anaknya super aktif, sangat sosial, semua orang disapa. Masih kecil umur dua tahun saja berani mengatur anak umur empat tahun di tempat bermain. Waktu kecil gampang untuk memotretnya. Begitu sudah bisa berlari, waduh susah sekali motret Jonatan. Dia lari ke sana ke mari. Ketika tidur, dia selalu harus memainkan rambutku. Itu dia lakukan sejak umur beberapa bulan ketika aku menyusuinya.