Sulit rasanya di zaman modern seperti sekarang ini memisahkan diri terhadap semua produk antibakteri yang dijual bebas di pasaran. Kondisi polusi lingkungan dan radikal bebas yang sudah semakin parah membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa sabun antibakteri merupakan cara termudah mencegah tubuh rentan terkena penyakit.
Namun, menurut sebuah riset, ternyata penggunaan sabun antibakteri justru membahayakan. Mengapa? Sebab, para ahli kesehatan memaparkan jika gaya hidup serba higienis menyebabkan tubuh harus menyingkirkan mikroba alami pada kulit kita.
"Kita hidup dalam dunia bakteri dan mayoritas dari bakteri itu tidak berbahaya dan menguntungkan. Hanya sedikit yang berbahaya," kata Dr.Martin Blaser, ahli mikrobiologi dan penulis buku Missing Microbes: How the Overuse of Antibiotics Is Fueling Our Modern Plagues.
Martin menjelaskan, penggunaan berlebihan produk antibakteri di rumah, terutama jika ada bayi dan balita, harus dihindari. Pasalnya, anak menjadi rentan alergi karena kehilangan sebagian bakteri yang berkaitan dengan sistem kekebalan anak. Dengan kata lain, penggunaan sabun bakteri membuat anak rentan alergi.
"Usia dini adalah waktu yang penting untuk membangun imunitas, metabolisme, dan pengenalan. Ada banyak bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa bakteri adalah bagian dari perkembangan,” ujar Martin soal alasan bayi dan balita harus membatasi penggunaan sabun antibakteri.
Baca: Konsumsi Antibiotik Berlebihan Merusak Daya Tahan Tubuh Terhadap Bakteri
Salah satu zat antibakteri yang dulu banyak dipakai di produk sabun dan pembersih adalah triklosan.
Menurut penelitian, penggunaan produk mengandung trikolosan justru memicu penyebaran dan membuat bakteri justru lebih kuat. Zat kimia ini juga bisa berinteraksi dengan hormon tubuh. Beberapa produk saat ini memang tak lagi menggunakan zat antibakteri tersebut.
Produk mengandung antibakteri memang efektif untuk menghilangkan kuman, terutama jika di sekitar kita banyak orang yang sedang sakit atau saat kita akan mengolah makanan.
Baca: A-Z Gatal-Gatal:Tidak Perlu Mandi Air Hangat
"Kuman tifoid dan juga hepatitis A sangat mudah menular lewat makanan yang tercemar. Misalnya saja saat kita lupa cuci tangan setelah buang air besar," kata dr.Grace Ciela, MKK, professional relation PT.Unilever Indonesia.
Ia mengatakan, penggunaan sabun dan air mengalir merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan kuman sampai 90 persen.
Penelitian juga mengungkapkan, mencuci tangan dengan sabun biasa memang bisa menghilangkan kuman, tetapi kuman tersebut akan dengan cepat pula berkembang biak.
Baca: Sabun Antibakteri Tidak Sepenuhnya Berguna
Grace menjelaskan, pendapat tentang bahaya sabun antibakteri masih kontroversial dan belum disimpulkan. "Masih pro dan kontra," katanya.
Selian itu, menurut UNICEF, Indonesia merupakan satu dari 15 negara dengan jumlah tertinggi kematian balita akibat diare dan infeksi saluran pernapasan. Kebiasaan sederhana seperti membersihkan diri dengan sabun terbukti efektif menekan angka penularan penyakti sampai 47 persen.
Oleh karenanya, bijaksana dalam menggunakan produk antibakteri mungkin menjadi kunci dalam menjaga kesehatan.
Lusia Kus Anna/KompasHealth