Sebagai pasangan muda Nadine dan Biyan boleh bangga atas pencapaian mereka. Meski belum lama mengarungi bahtera rumah tangga, kehidupan mereka sudah tergolong mapan. Sudah mampu membeli rumah meski KPR, memiliki mobil juga untuk kemudahan aktivitas mereka sehari-hari.
Karier mereka pun terbilang mulus. Biyan baru mendapat promosi di kantornya sebagai manajer area. Sedangkan Nadine, sukses membangun bisnis fashion bersama teman-temannya yang dirintisnya sejak lajang. Kebahagiaan mereka pun bertambah sempurna dengan kehadiran Kirana, putri cantik yang berusia 3 tahun.
Namun, beberapa hari ini kebahagiaan Nadine sedikit terusik. Ini lantaran Biyan tiba-tiba akan ditempatkan bekerja di luar kota. Padahal, Nadine punya segudang rencana untuk perluasan bisnis dan komunitasnya. Belum lagi, ia sudah mendaftarkan Kirana di pre-school idamannya. Dan, masih banyak daftar mimpi yang ingin ia raih.
BACA: Long Distance Marriage, Menjaga Kemesraan dalam Jarak
Nadine bimbang. Apakah ia harus berhenti berkarier demi menemani suami? Jika ia, maka segala usaha yang ia kerjakan selama ini pun berakhir begitu saja. Hatinya tentu saja bergejolak. Ingin rasanya menolak, tapi di sisi lain ia ingin juga menjadi istri yang memberi dukungan penuh bagi suaminya. Apa yang harus dilakukan Nadine?
Ya, mungkin ilustrasi di atas tadi hanya sepersekian dari lika-liku rumah tangga pasangan muda masa kini. Dan, bicara soal rumah tangga, tentu lain dulu lain sekarang. Mulai dari soal relasi dan peran suami istri, pola asuh anak, pengembangan diri, sosial ekonomi, dan sebagainya.
Untuk generasi dulu dengan pola pikir yang lebih tradisional, dengan masalah yang serupa dialami Nadine tadi, pasti akan lebih memilih menemani suami tanpa pertimbangan panjang lagi.
Namun, tidak demikian dengan generasi sekarang yang memiliki pola pikir berbeda dan lebih progresif. Untuk persoalan yang dihadapi Nadine, dari kacamata pasangan modern, seorang istri tidak perlu lagi mengorbankan mimpi-mimpinya demi memberi dukungan suami. Bahwa istri juga berhak untuk mengembangkan diri dengan membangun karier sendiri.
Tapi tentu saja saat memutuskan segala hal yang terkait dengan rumah tangga, pasangan suami istri harus tetap berkomunikasi. Lakukan pembicaraan secara terbuka dan intens. Jangan membuat keputusan secara tergesa, apalagi dalam kondisi marah.
BACA: Fenomena Masa Kini: Suami Istri Lebih Toleran Bila Pasangan Selingkuh?
Maka, duduklah baik-baik dengan suami untuk membahas dari hati ke hati apa yang menjadi keinginan pasangan, apa saja kendalanya yang harus dihadapi, bagaimana mencari jalan keluar bersama dan apa konsekuensinya.
Bahas juga bahwa dalam proses memenuhi tuntutan peran masing-masing, sampai mana batas toleransi bisa diberikan? Kapan suami atau istri harus mengorbankan mimpi mereka untuk meraih mimpi bersama yang lebih besar lagi? Buatlah prioritas bersama dalam hidup, bukan hanya prioritas hidup salah satu pihak.
Ya, menikah memang bukan berarti mengubur mimpi pribadi. Sebab, mencintai artinya juga peduli pada pengembangan diri pasangan. Dan yang terpenting, selalu saling mengingatkan kembali apa tujuan pernikahan, sehingga hidup berumah tangga pun lebih bermakna dan bahagia.
Noverita K. Waldan