Kajian Humaira: Bikin Merchandise Untuk Cari Dana

By nova.id, Minggu, 29 Mei 2016 | 05:15 WIB
Kajian Humaira (nova.id)

Tabloidnova.com - Banyak cara dilakukan untuk mendalami sebuah bidang atau hobi, salah satunya dengan bergabung melalui komunitas atau semacamnya. Salah satunya Kajian Humaira.

Awalnya, Kajian Humaira diadakan hanya sebagai cara untuk membuat ramai masjid di sekitar tempat tinggal pengurusnya. Ketua Kajian Humaira, Siti Hariyani, yang akrab disapa Aniek, mengisahkan, “Saya tinggal di daerah Deresan Jogja. Di situ, di kampung saya itu ada masjid. Di sana saya juga mendirikan rumah tahfidz. Nah, waktu itu saya pengin supaya masjidnya ramai. Lalu saya bikin acara tabligh akbar. Kebetulan, waktu itu ada ibu-ibu kompleks yang mau bantuin.”

Tabligh akbar pertama yang diadakan sekitar tahun 2009 itu menghadirkan Teh Ninih sebagai pemberi materi. “Terus Teh Ninih bilang, mbok sekalian dibikin acara rutin. Saya pikir iya juga ya,” sambung Aniek. “Tadinya saya pikir cuma supaya masjidnya ramai dan orang banyak kenal rumah tahfidz.”

Aniek pun kemudian menanyakan ke ibu-ibu penghuni kompleks lain bagaimana kalau acara serupa diadakan lagi, tapi khusus untuk muslimah karena pengurusnya kan muslimah semua. “Ya sudah, akhirnya kami rutin mengdakan Tabligh Akbar setiap 2 bulan sekali.”

Sekarang, Kajian Humaira menggelar Kajian Rutin setiap minggu, sementara Kajian Akbar digelar sebulan sekali dengan mengundang pembicara dari luar. Untuk Kajian Rutin seminggu sekali, pembicara berasal dari seputaran Jogja. “Temanya tetap, antara lain akhlak, fiqih, akidah dan tafsir. Jadi, ada 4 ustaz yang rutin mengisi Kajian Rutin. “

Di sela-sela Kajian Rutin dan Kajian Akbar, hampir setiap tahun pengurus Kajian Humaira juga membuat semacam garage sale. Barang-barang jamaah yang sudah tidak digunakan dikumpulkan, ditampung dan kemudian dijual. “Hasilnya kami sedekahin lagi untuk bakti sosial,” kata Aniek. Pada setiap acara kajian, pengurus juga menyebar infaq. “Acara di sini free semua, uangnya dari donatur dan infaq. Makanya kami bisa mengundang ustaz dari luar.”

Selain kajian untuk muslimah, Kajian Humaira juga membuat kegiatan untuk anak-anak dan remaja. Untuk anak-anak TK dan SD kegiatannya disebut Ta’lim For Kids dan dilakukan sebulan sekali. “Ini kajian juga tapi bentuknya dongeng,” ujar Aniek. Sementara untuk remaja SMP dan SMA diadakan 2 bulan sekali.

“Anak-anak biasanya kami kasih celengan, dibawa pulang, terus di rumah mereka berlatih bersedekah dengan menabung uang recehan. Kalau sudah penuh nanti diberikan ke kami, dikumpulkan dan digunakan untuk bakti sosial bersama anak-anak itu juga.”

Sasaran Kajian Humaira memang untuk umum, bukan kajian khusus. “Tidak ada aliran tertentu. Kami memang mengejar yang awam, karena sebetulnya masih banyak orang awam yang belum kenal sama Islam. Nah kami penginnya ke sana,” jelas Aniek. Meski jumlah pengurus Kajian Humaira hanya 7 orang, ternyata jumlah jamaaah yang sudah masuk data base mencapai ribuan orang. “Jamaah kita banyak sekali, ribuan. Kajian kami memang lebih ke umum supaya banyak yang datang. Kadang kalau sudah pakai member, yang bukan member kan sungkan mau datang. Tapi, karena jumlahnya ribuan, kadang-kadang pas ketemu kami tidak tahu kalau itu jamaah Humairah. Paling-paling terus kenalan, ‘Saya jamaah Humaira lho,’” lanjutnya.

Kajian Humaira memanfaatkan media sosial Facebook dan Instagram (FB: @kajianhumaira, IG: @anieksiti) untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. “Pakai akun milik pengurus sih.Terus ada dari poster juga. Tapi sekarang  lebih ke database, lewat SMS broadcast. Jadi setiap kali mereka datang, kami sediakan daftar hadir dan mereka mencantumkan nomor telepon. Nah, nomor-nomor itu yang kami hubungi. Yang datang dari luar kota juga banyak lho, dari Solo, Klaten, Magelang, ya, seputaran Jogja lah.”

Kajian Humaira juga menggelar Muslimah Camp, yaitu menginap di sebuah tempat dan mengadakan kajian  dan macam-macam kegiatan lain. Muslimah Camp, yang sudah diadakan 3 kali, biasanya mengambil tempat di sekitar-sekitar Jogja juga, seperti di Kaliurang atau juga di Deresan.

Peserta Muslimah Camp memang dibatasi supaya lebih fokus. Paling 50 peserta, maksimal 100 peserta. “Sekarang kami juga mulai mengajari teman-teman di Humaira untuk berjualan. Kami bikin merchandise dakwah, kami jual, dan hasilnya kami pakai untuk sedekah dan ngadain acara/kegiatan. Kadang-kdang kami kan bingung juga mau cari dana dari mana lagi selain donatur. Nah, salah satunya lewat jualan ini,” kata  Aniek.