Remaja Ini Terbaring di RS karena Menderita Kanker Mata hingga Wajah Bengkak

By nova.id, Kamis, 23 Juni 2016 | 10:03 WIB
Ade Setiawan, warga Desa Roi, Kecamatan Pali Belo, Kabupaten Bima ini menderita kanker mata (nova.id)

Tabloidnova.com - Ade Setiawan, warga Desa Roi, Kecamatan Pali Belo, Kabupaten Bima, terbaring lemah di RSUD Bima sambil sesekali menangis kesakitan karena kanker mata yang dideritanya.

Remaja 17 tahun ini hanya ditemani oleh neneknya, Hawusa (65). Ayahnya, Irwan, sudah meninggal tiga tahun lalu saat ada bentrok antar-kampung, sedangkan ibunya, Rukaya, merantau ke Jakarta sejak dia berusia 36 hari.

“Awalnya, Ade Setiawan tiba-tiba mengalami bintilan kecil di kelopak mata. Waktu itu, bintilan makin lama makin besar,” ungkap Hawusa saat ditemui Kompas.com di RSUD Bima, Kamis (23/6/2016).

Hawusa menuturkan, Ade sudah menderita kanker sejak tahun 2015. Dia sudah membawa cucunya ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis beberapa bulan lalu.

Namun, sayangnya, karena mengaku tidak memiliki alat yang memadai, pihak rumah sakit mengeluarkan surat rujukan agar Ade dibawa ke RS Sanglah Denpasar Bali.

Di RS Sanglah, dokter mengatakan kondisi Ade gawat. Siswa yang baru menginjak kelas III di SMK 2 Bima ini divonis mengidap kanker mata.

Berbekal BPJS yang dimilikinya, Ade pun dioperasi. Dokter menyarankan Ade untuk melakukan pemeriksaan rutin seminggu sekali ke RS Sanglah.

Namun karena biaya transportasi ke Bali yang mahal, nenek yang sehari-hari hidup dengan pendapatan dari penjual bakulan untuk menghidupi cucunya tersebut memutuskan untuk menghentikan pengobatan.

“Kalau ke Bali saya harus mengeluarkan uang hingga jutaan untuk sekali pemeriksaan, terutama untuk biaya transportasi. Sementara pemeriksaan harus rutin seminggu sekali sesuai dengan anjuran dokter. Karena tak punya biaya, akhirnya berobat kami putuskan,” tutur Hawusa.

Karena tidak ada uang, penyakit yang diderita Ade Setiawan bertambah parah dengan kondisi yang sangat memperihatikan. Padahal, sekitar tiga minggu sepulang dari operasi, kondisi Ade sempat membaik.

Tumor yang sempat mengecil pun kembali membesar. Hingga akhirnya mau tidak mau harus dirujuk ke RS Sanglah Dempasar lagi.

“Kondisinya sudah lemah dan badannya pun semakin kurus. Enggak bisa jalan, makan enggak bisa, tidur juga susah. Setiap hari dia terbaring lemah sambil menangis menjerit kesakitan. Kata dokter, Kondisinya makin parah dan harus dibawa ke Rumah Sakit Sanglah Dempasar untuk dioperasi lagi,” kata Hawusa.