Pesawat MH370 Sengaja Dikendalikan Seseorang Masuk ke Dalam Air

By nova.id, Selasa, 2 Agustus 2016 | 09:09 WIB
MH370 (nova.id)

Penyelidikan panjang terkait misteri hilangnya pesawat Malaysia Air MH370 yang dipimpin Australia, mengarah kepada sebuah dugaan yang mencengangkan.

Penyelidik senior kecelakaan penerbangan dari Kanada, Larry Vance meyakini, kecelakaan udara Boeing 777 yang hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada Maret 2014 tersebut, sengaja diarahkan ke air.

Kesimpulan yang disampaikan Vance dalam sebuah siaran berita Australia 60 Minutes ini didasarkan pada hasil pemeriksaan pecahan sayap pesawat.

Sebelumnya, Otoritas Australia yang memimpin pencarian pesawat ini berharap sebuah temuan bagian pecahan pesawat di Tanzania dapat mengungkap misteri tentang bagaimana pesawat itu jatuh.

Harapan itu di tengah minimnya informasi atas puing yang ditemukan setahun lalu. Sama halnya dengan perburuan bawah laut di lepas pantai barat Australia yang ditarik tanpa adanya hasil yang memuaskan.

Larry Vance meyakini pesawat dengan 239 penumpang dan kru tersebut masuk ke dalam air sepenuhnya dikendalikan oleh seseorang.

Namun, tim yang melakukan penyelidikan ini belum secara resmi mengungkap konklusi tersebut. Mereka mengaku masih menyelidiki apakah pesawat itu dikendalikan hingga detik terakhir.

Baca juga: Koper Diduga dari MH370 Ditemukan, Begue: "Semua Ini Bikin Saya Merinding"

Vance sebelumnya adalah seorang investigator yang bekerja untuk Lembaga Keamanan Penerbangan Kanada dan Badan Keselamatan Transportasi Kanada. Dia telah menyelidiki lebih dari 200 kecelakaan penerbangan sepanjang karirnya.

"Seseorang menerbangankan pesawat itu hingga detik terakhir," tegas dia, seperti dikutip BBC.

"Seseorang menerbangkan pesawat itu ke dalam air. Tidak ada dugaan lain yang muncul dalam kondisi ini," sambung dia.

Di samping pencarian besar-besaran di sebelah selatan Samudera Hindia, tidak juga ditemukan keberadaan pesawat tersebut.

Pecahan sayap pesawat yang disebut flaperon itulah yang didapati di Pulau Reunion, tahun lalu itulah yang memberi petunjuk.

Berdasarkan penjelasan Vance, flaperon terlihat dalam kondisi tepi yang bergerigi. Kondisi itu hanya terjadi jika seseorang mengarahkan pesawat melawan arus air.

"Tekanan air adalah satu-satunya hal yang bisa menyebabkan kondisi macam itu. Itu bukan patah. Jika patah, maka kita akan melihat potongan yang bersih, lagi pula kita pun tak akan mampu mematahkan benda ini," sambung dia.

Dia mengatakan, fakta bahwa flaperon memang difungsikan dalam posisi mendarat dalam kejadian ini, sekaligus mengindikasikan ada yang mengendalikan pesawat hingga menghantam air.

"Anda tak bisa memanjangkan posisi flaperon dengan cara lain, kecuali ada orang yang mengendalikannya demikian," kata Vance.

"Seseorang telah mengendalikan pesawat itu masuk ke air," tegas dia.  

Glori K. Wadrianto / Kompas.com