Hani Sempat Panik Akan Bernasib Seperti Mirna

By nova.id, Selasa, 30 Agustus 2016 | 02:31 WIB
Hani alias Boon Juwita di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (nova.id)

Boen Juwita alias Hani sempat panik saat berada di RS Abdi Waluyo, Rabu (6/1/2016) silam.

Ini karena Hani sempat menenggak es kopi Vietnam yang membuat Wayan Mirna Salihin tewas.

"Dia panik dan tanya, saya bisa mati juga enggak, dok? Karena dia mengaku minum di gelas yang sama," kata Dokter Umum Emergency RS Abdi Waluyo, Ardianto saat memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (28/8/2016).

Baca juga: Ini Kata Jaksa Soal Asal-usul Sianida Dalam Kopi Vietnam Mirna

Hal tersebut diungkapkan Ardianto dalam persidangan kasus pembunuhan Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (29/8/2016).

Menurut dia, saat itu Hani berpikir karena sempat minum es kopi Vietnam yang sama dengan Mirna, dirinya pun akan bernasib sama.

Untuk memastikan kondisi kesehatan Hani, Ardianto memeriksa teman Mirna itu.

Dia meminta perawat mengecek darah dan nadi.

Hasilnya semua normal.

"Ternyata tidak terjadi apa-apa. Saya menyarankan Hani makan dan minum dulu. Dia tidak mengeluh apa-apa, hanya panik dan komentar," katanya.

Tak ada busa

Dua dokter umum Emergency Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo, bersaksi dalam sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (29/8/2016).

Dua dokter yang menangani Mirna saat itu bernama Prima Yudo dan Ardianto,

Prima Yudo merupakan dokter pertama yang menangani Mirna setelah tiba di RS Abdi Waluyo, Rabu (6/1/2016).

Baca juga: Begini Cara Saksi Ahli Temukan Sianida Dalam Tubuh Mirna

Mirna tiba di rumah sakit sekitar pukul 18.00 WIB. Ketika tiba di sana, Prima mengaku tak melihat korban datang bersama siapa saja. Mirna pun sempat mendapat penanganan medis.

Pada saat melihat Mirna untuk pertama kali, kata dia, saudara kembar Sandy Salihin itu sudah tidak bernyawa saat dibawa ke rumah sakit.

Saat dibawa ke tempatnya, pupil mata Mirna sudah tidak ada.

"Pupil tidak ada tanda cahaya, tidak ada respon. Bibir sudah pucat. Dia meninggal dalam perjalanan. Saat diperiksa denyut jantung dan nafas sudah tidak ada," ujar Prima, Senin (29/8/2016).

Prima memasang infus dan alat pacu jantung.

Glery Lazuardi / Tribunnews