Orangtua Siswa SMA Negeri 4 Bandung Mengadu ke KPAI Gara-gara Anaknya Dapat Nilai Nol

By nova.id, Rabu, 7 September 2016 | 07:31 WIB
. (nova.id)

Sementara itu, Eriyanti, wali kelas DPR (15) di kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kota Bandung, mengakui pihaknya memberi nilai nol mata pelajaran matematika kepada siswinya anak dari Danny Daud Setiana.

Baca juga: Lapor Polisi, Siswa Ini Tuntut Hak Waris untuk Biaya Sekolah

Menurut Eriyanti, DPR memiliki kebiasaan tidur di dalam kelas. Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari ibu dan DPR, kata dia, kebiasaan itu disebabkan keseringannya begadang lantaran bermain game.

“Ibunya mengakui, jika yang bersangkutan main game sampai malam, otomatis dia kurang tidur, besok paginya di sekolah menjadi mengantuk,” kata Eriyanti kepada wartawan di SMA Negeri 4 Kota Bandung, Jalan Gardu Jati, Senin (5/9/2016).

Eriyanti mengatakan, keterangan itu diperolehnya ketika bertemu dengan ibu DPR pada penerimaan raport di tengah semester kedua.

Ia berbicara kepada ibunya bahwa DPR memiliki kebiasan tertidur ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar.

“Dan ibunya mengatakan anaknya suka membangkang/kontra jadi pengakuannya ada kecemburuan. Karena ibunya lebih memerhatikan adiknya, jadi (DPR, red) tidak diperhatikan. Jadi dia main game. Jadi game pelarian, itu ibunya mengakui,” kata Eriyanti.

Eriyanti pun telah melakukan konfirmasi kepada DPR terkait dengan kebiasaannya bermain game sampai malam. DPR pun, kata dia, mengakuinya.

Kata Eriyanti, kedua orangtua DPR memiliki kesibukan sehingga salah satu putrinya tidak mendapatkan kasih sayang yang semestinya.

“Ibunya juga mengatakan bahwa antara ibu dan ayahnya ada perbedaan sedikit tentang mendidik anaknya. jadi ayahnya sibuk dan ibunya bukan hanya ibu rumah tangga tapi juga mempunyai yayasan pendidikan,” kata Eriyanti.

Secara umum, kata Eriyanti, sifat DPR di kelasnya cukup baik dan mampu mengikuti pelajaran, sehingga dipilih sekolah untuk mewakili olimpiade biologi.

DPR pun cukup dekat dengan rekan sekelasnya meski sikapnya tertutup.

“Mungkin itu karena DPR penah di-bully teman-temannya waktu SD. Pengalaman di-bully ini mengganggu psikis anak itu."

"Di sekolah ini awalnya dia mngisolir diri tapi  teman-temannya saya imbau untuk memintanya bergaul dan komunikasi. Akhirnya lama-lama terbuka dan punya sahabat di kelas dan berubah,” kata Eriyanti.

Teuku Muh Guci S / Tribunnews