Brand HijUp.com berhasil muncul sebagai salah satu e-commerce fashion muslim yang diperhitungkan, baik di level nasional maupun internasional. Karyawannya kini berjumlah 120 orang dan 300 desainer telah bergabung menawarkan karyanya di HijUp.com.
Beberapa bulan setelah diluncurkan, respons yang datang di luar dugaanku. Aku mulai memikirkan strategi dan menyusun manajemen yang lebih baik. Selain brand HijUp.com mulai naik, namaku pun jadi ikut dikenal dan masuk ke berbagai media karena membangun fashion mal yang khusus menawarkan produk fashion muslim pertama di Indonesia.
Aku sempat sedikit terkejut tatkala menerima e-mail dari salah satu brand fashion yang pendirinya berasal dari Paris. Lewat sekretaris perusahaannya, aku diminta datang dan bertemu. Katanya, mereka tertarik karena melihat profilku di salah satu media.
Penasaran dan ingin tahu maksud undangannya, aku pun menyepakati untuk bertemu. Di kantornya, aku bertemu dan berkenalan dengan tiga orang berkebangsaan Prancis. Dari pertemuan tersebut, aku menyadari bahwa mereka ingin HijUp.com membantu memperkuat brand fashion yang produknya ditujukan bagi para muslimah. Mereka mengungkapkan kesulitannya membangun brand fashion muslim karena tidak memiliki DNA untuk membaca pasar. Sayangnya, aku tak bisa mengiyakan beberapa permintaan mereka. Di saat bersamaan, aku semakin menyadari bahwa modal utama HijUp.com adalah memiliki DNA Islamic fashion.
Aku yakin, modal ini tentu tidak dimiliki brand luar jika ingin membuat produk Islamic fashion. Terlebih, para desainer muslimah Indonesia tentu juga memiliki DNA itu, karena mereka juga pengguna. Istilahnya ini sudah mengalir dalam darah, sehingga tahu betul, merasakan, dan memahami konteks serta kaidah yang benar memakai busana sesuai syariah atau tidak.
Kian Melejit
Dari data bulan Januari 2013, hanya dalam satu tahun HijUp.com telah mencapai 1,5 juta pengunjung website. Belum lagi ternyata video tutorial yang dipublikasikan lewat kanal Youtube juga ditonton lebih dari 8 juta penonton. Ternyata, apa yang diniatkan baik pun direspons baik.
Di tahun 2013 aku juga mendapatkan investor untuk mengembangkan bisnis. Manajemen pun makin profesional. Aku menjabat sebagai CEO, dibantu COO yang namanya Mas Aqli. Kebetulan ia sepupuku, tetapi punya banyak pengalaman di marketing ritel dan platform digital, jadi sudah paham dan selalu mengeksekusi dengan baik semua yang kuinginkan.
Dengan manajemen yang sudah terorganisir, aku bisa maksimal memikirkan strategi melebarkan sayap bisnis. Kebetulan aku juga tengah hamil, sehingga aku punya lebih banyak waktu di rumah untuk berkontemplasi sambil memikirkan strategi HijUp.com.
Sebenarnya tak ada yang berbeda walaupun aku hamil, sih, bisnis tetap berjalan seperti biasanya. Menurutku, ketika perempuan hamil, bukan berarti ia tidak bisa produktif, tapi malah sebaliknya. Aku justru mendapatkan waktu yang tepat untuk lebih banyak memikirkan HijUp.com, mengeluarkan ide atau inovasi. Aku bisa melihat dalam pandangan yang lebih luas seperti helicopter view, lebih jelas dan tidak terdistraksi. Berbeda ketika melakukan rutinitas biasanya, justru kadang tidak terlihat.
Di tahun 2013 perkembangan HijUp.com semakin naik. Setidaknya lebih dari 70 brand Islamic fashion yang sudah bergabung. Selain terus berinovasi, edukasi kepada klien atau tenant HijUp.com juga terus kulakukan. Sejak awal aku yakin bahwa bisnis ini akan berkah apabila melakukannya sesuai kaidah dan syariah.
Berat memang, tapi inilah tantangan yang harus dilakukan. Misalnya, tidak semua brand akan diterima HijUp.com karena produk harus halal dan thoyib atau baik. Nah, kalau produknya halal, tetapi tidak thoyib, misalnya karena material atau desain tidak pas, ya, tidak bisa masuk HijUp.com. Banyak, sih, yang awalnya bilang, kok, begini banget, kok, begitu banget, tapi ya, ini sudah jadi prinsip bisnis HijUp.com.