Benarkah Mewarnai Buku Efektif Redakan Stres pada Orang Dewasa?

By nova.id, Sabtu, 10 September 2016 | 05:30 WIB
Benarkah Mewarnai Gambar Efektif Redakan Stres pada Orang Dewasa? (nova.id)

Belakangan ini marak buku mewarnai yang mengklaim bisa menjadi pereda stres. Hmm...benarkah? Seberapa efektif buku mewarnai ini sebagai solusi antistres?

Sebenarnya, menurut Melati Friska Winafarisa, M.Psi., Psikolog dari PT. MHC (Multi Human Cendikiawan), kegiatan mewarnai seperti menggunakan buku mewarnai bagi orang dewasa yang marak beredar, secara mendasar tidak dapat disamakan dengan proses dari sesi lengkap dalam suatu terapi seni.

“Tentunya tidak tepat jika terapi seni (terapi menggambar/terapi mewarnai) disamakan dengan kegiatan mewarnai seperti itu.”

Kegiatan mewarnai seperti menggunakan buku-buku mewarnai untuk dewasa tersebut dapat digunakan sebagai media untuk melepaskan stres dan membuat individu menjadi lebih santai. Setiap individu sepertinya memiliki warna-warna favorit dan kemudian dapat dikombinasikan pada saat mewarnai yang dapat memberikan rasa puas dan senang.

Pada saat melakukan kegiatan mewarnai, perhatian individu fokus pada gambar tersebut. Secara tidak langsung ia sementara menghentikan pikiran-pikiran yang beragam. Perhatian terfokus pada ‘here and now’, sehingga cenderung tidak mencemaskan berbagai hal ataupun pemikiran yang ruwet.

“Tanpa sadar, dapat membuat individu menjadi lebih santai. Meski demikian, bukan berarti masalah yang sedang dihadapinya dapat selesai hanya dengan kegiatan mewarnai. Itu sebatas membuat individu menjadi lebih santai.”

Ragam Terapi Seni

Perlu kita tahu, dalam ilmu psikologi terdapat beberapa terapi yang dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk melakukan proses penyembuhan bagi individu yang mengalami gangguan psikologis. Macam terapi yang digunakan beragam dan variatif sesuai dengan kegunaannya.

Terapi yang digunakan pada prinsipnya untuk melakukan intervensi, baik kepada anak-anak dan orang dewasa yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu. “Psikolog akan menggunakan terapi terhadap seseorang yang mengalami gangguan psikologis sesuai dengan diagnosis yang telah dilakukan sebelumnya.”

Nah, salah satu terapi yang dapat diberikan kepada klien adalah terapi seni (art therapy). Terapi seni sifatnya universal sehingga dapat diberikan pada semua usia, keluarga, maupun kelompok. Seni pun mampu menawarkan/sebagai wadah yang nyaman dan aman bagi anak maupun individu dengan gangguan psikologis untuk bereskpresi.

Terapi seni sendiri memiliki beragam seni yang dapat dilakukan sebagai proses terapi. Antara lain, seni lukis, seni menggambar, maupun mewarnai. Selain itu terdapat pula seni drama, seni menulis, seni tari, seni kerajinan tangan, seni musik, dan lain-lain.

Menurut American Art Therapy Association, terapi seni adalah terapi dengan menggunakan proses penciptakan kreasi seni yang digunakan untuk mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konflik emosi, meningkatkan pemahaman diri, mengelola perilaku, mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan orientasi realitas, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan harga diri (self-esteem).

Ditambahkan oleh British Association of Art Therapist, terapi seni merupakan bentuk psikoterapi yang menggunakan seni sebagai bentuk komunikasi dan ekspresi. Dengan kata lain terapi seni adalah sebuah metode kreatif berekspresi dengan menggunakan media seni untuk menangani kebutuhan psikologi dan emosi, dan tentunya meliputi teknik terapeutik.

Terapi seni bertujuan untuk membantu klien untuk penyembuhan dan meningkatkan kesejahteraannya. Karena itu, terapi seni bukanlah untuk menghasilkan karya seni yang bersifat estetik ataupun mengasah bakat untuk menghasilkan seorang seniman.

Terapi Warna Turunkan Kecemasan

Dengan penjelasan di atas, kiranya kita dapat menyamakan persepsi terkait perbedaan antara terapi mewarnai dengan kegiatan mewarnai. Secara umum pada terapi seni dalam hal ini adalah terapi mewarnai maka dalam prosesnya terkait dengan warna-warna yang digunakan.

Ya, pada umumnya setiap individu menyukai warna ataupun memiliki warna-warna favorit. Dalam ilmu psikologi sendiri, warna memiliki hubungan yang erat dengan suasana batin klien. Menurut Carl Jung (psikolog), setiap warna melambangkan suatu keadaan atau kondisi tertentu.

Dengan kata lain, warna dapat memberikan informasi mengenai kondisi klien. Warna pun dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan proses penyembuhan. Pada terapi mewarnai, perubahan warna yang digunakan oleh klien dapat menjadi indikator perubahan suasana batin klien.  

Penelitian yang dilakukan oleh Belchamber dikutip dalam journalof the American Art Therapy Association (2011); Can coloring mandalas reduce anxiety? menyebutkan bahwa terapi mewarnai dalam waktu 20 menit dapat menurunkan kecemasan. Dalam penelitian ini menggabungkan unsur terapi seni dan meditasi.

Ide dasar terapi mewarnai adalah ketika individu mewarnai bentuk-bentuk geometris yang kompleks, dapat memberikan kesempatan untuk melakukan "dialog batin" dan individu dapat terlibat dalam kegiatan yang menghilangkan dari pikiran dan emosi yang kadang-kadang bersifat negatif yang mendominasi kehidupan mereka.

Mengacu pada jurnal tersebut, terapi mewarnai dapat menurunkan kecemasan dengan mewarnai gambar mandala selama 20 menit. Mandala menurut istilah sanskerta adalah diagram yang melambangkan alam semesta. Mandala umumnya memiliki pola pada lingkaran/titik sumbu sebagi pusatnya.

Belchamber memberikan rekomendasi untuk mewarnai mandala sebagai bentuk simetris dan telah lama digunakan sebagai objek meditasi dalam tradisi spiritual. Selain itu, terdapat sumber yang menyebutkan psikolog Carl Jung, menggunakan gambar mandala dalam sesi terapi mewarnai.

Efektivitas Terapi Seni

Lalu berapa lama proses terapi seni ini dilakukan sehingga gangguan psikis dapat tertangani? Banyaknya sesi maupun waktu yang diperlukan untuk proses terapi seni tergantung dengan gangguan yang dialami klien, serta kemajuan/perubahan yang ditunjukkan klien. Tentu untuk kasus tertentu yang bersifat klinis membutuhkan waktu relatif lebih lama.

Dengan memperhatikan aspek-aspek yang terkait pada individu maka dalam melakukan terapi seni (khususnya terapi menggambar) perlu memerhatikan aspek fisik, aspek sosial, dll sehingga perlu disertai terapi lain. Hal ini mengingat agar proses penyembuhan dapat berlangsung secara komprehensif dan dapat menunjang seberapa waktu yang diperlukan.

Contohnya dalam proses terapi menggambar bebas. “Pada gambar-gambar awal dari seorang klien, beberapa hal dapat dijadikan informasi terhadap kondisi/gangguan klien adalah melalui warna, posisi/letak gambar, dan bentuk/tarikan garis. Misal, pada klien yang mengalami depresi, umumnya warna yang digunakan adalah warna gelap seperti hitam, biru tua, hijau tua.”

Mengingat warna merupakan salah satu bentuk ekpresi suasana hati melalui persepsi visual, maka diharapkan klien yang mengalami depresi secara berproses dapat menggunakan warna-warna yang lebih cerah. Dengan demikian suasana hatinya pun turut positif dan tidak muram.

“Prinsipnya, terapi seni merupakan sarana untuk menghubungkan tubuh, emosi, dan pikiran. Komposisi warna dan gambar menunjukkan suasana batin seorang individu. Tujuan akhir dari terapi seni adalah untuk membantu pasien agar merasa lebih nyaman terhadap diri mereka sendiri atau dalam kata lain menjadi sejahtera,” papar Melati.

Hilman Hilmansyah