TabloidNova.com - Saat sedang sibuk dengan setumpuk berkas, maraton meeting, hingga evaluasi akhir tahun, rasanya "terbebas" dari pekerjaan dan semua tuntutannya merupakan jalan keluar dari semua kegalauan. Berbagai alasan pun dibuat dalam bentuk daftar hingga Anda yakin benar bahwa berhenti bekerja adalah solusi terbaik. Ingin memiliki waktu lebih banyak dengan anak-anak, mengurus orangtua, atau memulai bisnis sendiri. Rasa bangga dan eksistensi diri sebagai perempuan berkarier yang menerima pendapatan pribadi setiap bulan pun rela diabaikan.
Namun, saat sudah tak bekerja, ternyata tetap saja membuat galau. Memang benar bahwa setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi, termasuk rasa bosan usai berhenti bekerja. Terpenting adalah cara menyiapkan mental dalam menghadapi masa-masa transisi dari lingkungan kerja ke dunia rumah tangga.
Malah Stres
Tak dipungkiri, lingkup dunia rumah tangga jauh lebih kecil dibandingkan dengan dunia bekerja. Ketika bekerja, Anda bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang. Tantangan dan experience yang ditemui berbeda-beda setiap harinya.
Sementara di rumah, 24 jam waktu Anda dihabiskan untuk berinteraksi dengan anak, suami, asisten rumah tangga, atau tetangga. Aktivitas sehari-hari adalah mendengar tangis anak yang tak berkesudahan, mengerjakan pekerjaan rumah yang menumpuk, hingga menghadapi Si Mbak yang bikin ulah.
Perubahan hidup yang drastis ini bisa membuat sebagian perempuan kebingungan, hingga memengaruhi aspek fisik maupun emosinya. Sebutlah merasa sendirian dan stres, bahkan hingga mengalami rambut rontok. Bisa jadi, nafsu makan pun menjadi tak terkendali dan sering membandingkan diri dengan orang lain.
Perempuan yang baru berhenti bekerja pun biasanya menjadi lebih mudah cemas dan minder dengan lingkup pergaulannya yang menyempit.
Mudah Marah
Selain pergolakan dengan diri sendiri, hubungan keluarga juga tak mustahil terganggu. Anda jadi sering memarahi anak karena tidak sabar, bertengkar dengan pasangan karena hal-hal kecil, bahkan hingga stres memikirkan keuangan keluarga yang sangat menyita pikiran.
Nah, untuk masalah yang terakhir, penting dipahami bahwa persiapan keuangan harus dikondisikan jauh hari sebelum Anda memutuskan berhenti bekerja.
Caranya? Hitung kemampuan finansial Anda dan suami. Jika penghasilan suami belum menutup 100 persen kebutuhan rumah tangga, jangan terburu-buru berhenti bekerja kecuali memiliki bisnis atau penghasilan tambahan.
Menghadapi segala tekanan itu, cobalah berpikir lebih jernih dan persiapkan mental lebih kuat. Ingat-ingat mengenai tujuan awal Anda berhenti bekerja. Toh, segala keputusan pasti memiliki kelebihan dan risikonya sendiri.
Dengan melepaskan diri dari status karyawan, Anda bisa memiliki kendali penuh terhadap tumbuh kembang anak, mendampingi momen-momen pertama anak, serta menanamkan nilai-nilai yang berpengaruh positif pada kematangan sisi emosionalnya.
Ratih Sukma Pertiwi/Dari berbagai sumber
KOMENTAR