Mengunjungi kota Bengkulu tak lengkap rasanya tanpa mencicipi kuliner khasnya. Apa saja makanan menggugah selera yang ditawarkan di sana?
Rumah Makan R2: Telur Ikan Kakap Jadi Favorit
Buka sekitar pukul 11.00 WIB, seluruh masakan yang disediakan di restoran ini selalu habis terjual menjelang pukul 17.00 WIB. Bahkan beberapa makanan tertentu harus dipesan terlebih dahulu jika tidak ingin kehabisan. Menurut Lukman (47), rumah makan miliknya yang kini berusia 5 tahun tidak butuh waktu lama untuk mendapat hati pelanggan.
Selain menyediakan makanan yang jarang ditemui di rumah makan lain, “Semua bahan kami beli, masak dan dihidangkan di hari yang sama. Tidak ada makanan yang dipanaskan untuk kemudian dijual keesokan hari. Jadi selalu terjaga kesegarannya,” tukasnya.
Bersama sang istri, Lukman membuka rumah makan ini karena terpanggil untuk melestarikan warisan kuliner nenek moyangnya. “Saya merasa susah sekali menemukan rumah makan khas Bengkulu yang memiliki cita rasa sesuai dengan lidah saya.”
Kebetulan, tempat tinggalnya berdekatan dengan rumah pengasingan Bung Karno dan rumah Ibu Fatmawati. Dari situ, Lukman tertantang untuk melengkapi lokasi wisata tersebut dengan makanan khas kota kelahirannya. “Bersama istri saya coba buka rumah makan, ternyata tanggapannya baik. Semakin lama, semakin ramai yang datang ke sini.”
Tidak seperti rumah makan lain, Rumah Makan R2 menghadirkan makanan khas. “Tidak saja menggugah selera, bahkan mungkin bagi sebagian orang unik. Misalnya sambal tempoyak yang terbuat dari durian dan sayur rebung yang dimasak dengan bumbu tradisional,” urai ayah tiga orang anak ini.
Sebagai putra daerah dan lahir dari orangtua yang juga Ketua Adat Bengkulu, resep-resep warisan tradisional masih dipegangnya. Meski begitu, tidak semua masakan khas Bengkulu dapat ditemui ditempat ini. “Penyebabnya bermacam-macam, ada yang karena waktu pembuatannya yang lama atau bahan yang susah didapat.”
Seperti kota lain di Sumatera, makanan Bengkulu lebih banyak bersantan, pedas dan berani dalam menggunakan bumbu. “Di rumah makan saya, yang spesial adalah masakan telur ikan kakap. Berapapun kami sajikan, masakan ini selalu habis kalau lewat dari jam 12 siang. Jadi supaya enggak kehabisan, banyak pelanggan yang telepon minta disisakan.”
Dalam sehari Lukman dan istri dapat mengantongi omzet sampai Rp15 juta. Di tempat ini pelanggan tidak dilayani namun mengambil sendiri nasi serta lauk pauk yang diinginkannya dan membayar setelah selesai makan. “Yang diutamakan adalah kejujuran pelanggan,” katanya seraya tersenyum.
Sambal tempoyak yang disediakan di rumah makan ini adalah salah satu yang selalu dicari pelanggan. “Tempoyak yang digunakan harus dibuat dari durian yang benar-benar bagus, matang dan manis. Durian lalu diambil dagingnya, tanpa diberi bumbu apa-apa, daging durian disimpan dalam tempat tertutup selama dua atau tiga hari. Rasanya manis dan sedikit asam. Setelah itu baru bisa diolah, bukan hanya dijadikan sambal. Tempoyak juga bisa dibikin untuk menjadi bumbu masakan lain seperti Pepes Ikan dan Ikan Asam Tempoyak,” tutupnya.
Rumah Makan Padang Guci: Mencoba Olahan Jamur Hutan