Orangtua, Ajari 5 Kemampuan Dasar Ini Agar Anak Sukses di Masa Depan

By nova.id, Senin, 3 Oktober 2016 | 03:30 WIB
orangtua, mari ajari 5 kemampuan dasar ini agar anak sukses di masa depan (nova.id)

Memberikan life skills sejak dini pada anak-anak membuat mereka punya peluang besar mencapai tujuan hidupnya.

“Kalau Rina, sih, enggak perlu disuruh sudah bisa masak nasi sendiri setelah pulang sekolah. Jadi, waktu kemping Rinalah yang diandalkan teman-temannya,” kata Bu Yuli dengan bangganya.

Meski terlihat sepele dan terkesan orangtua membebani anak dengan pekerjaan rumah, ternyata itu penting untuk kesiapan anak-anak ke depannya. Itulah pentingnya life skills  diberikan orangtua sejak dini kepada anak-anak. Lalu, seberapa pentingnya life skills tersebut?

Life skills dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dan berperilaku positif. “Sehingga memampukan anak untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan di kehidupan sehari-hari,” kata  Pinkan M. Indira Koraag-Bolang, M.Psi., Psikolog dari Ukrida.

Baca: Membentuk Anak Cerdas dan Berperilaku Baik

Life skills paling tidak ada di ranah kemampuan berpikir, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memecahkan masalah.

“Aspek ini tidak terlalu asing karena di masyarakat kita sudah diwujudkan dalam bentuk pendidikan formal mulai dari usia dini hingga perguruan tinggi. Kemudian pada ranah emosional dan sosial.”

5 Kompetensi Life Skills

Untuk anak-anak dan di konteks pendidikan, CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) mengidentifikasi 5 kelompok utama kompetensi sosial-emosional, yaitu:

1. Self-Awareness

Definisi: Kemampuan secara akurat memeriksa dan memahami perasaan, minat, nilai-nilai, dan kekuatan diri sendiri.

Contoh:

- Anak mengerti emosi yang sedang dirasakan seperti gembira, marah, sedih, jijik.

- Anak mengerti bagaimana mengekspresikan emosi itu dengan cara yang tepat. Misalnya, kalaupun menangis, tidak berlangsung terlalu lama, tidak ditambah dengan menyakiti diri sendiri seperti membenturkan kepala, melemparkan atau merusak barang-barang.

- Anak mengerti nilai-nilai sikap dan perilaku yang diajarkan di keluarga maupun sekolah.

- Anak tahu apa yang mampu ia lakukan dengan baik dan apa yang belum mampu ia lakukan.

Baca: Keahlian yang Harus Dikuasai Anak Balita

2. Self Management

Definisi: Kemampuan mengelola emosi dalam mengatasi tekanan-tekanan, dan mengelola impuls (dorongan atau keinginan yang dirasakan).

Contoh: 

- Anak memiliki cara yang efektif mengelola perasaannya jika ia menginginkan sesuatu tetapi tidak dapat terpenuhi.

- Anak paham tidak semua keinginannya dapat terpenuhi.

- Anak dapat bersikap dan berperilaku sesuai situasi yang dihadapi. Jika hari sekolah maka anak bersedia bangun lebih pagi.

- Anak mau berpisah dengan orangtua ketika harus ke sekolah.

3. Social-Awareness

Definisi: Kemampuan memahami sesuatu dari perspektif orang lain dan berempati dengan orang lain.

Contoh: 

- Anak mengerti jika ia mengolok, memukul, mengabaikan temannya maka temannya akan merasa tidak nyaman atau tersinggung, sehingga anak tidak melakukan hal itu.

Baca: Hari Pertama Sekolah, Ini 7 Persiapan Sebelum Anak Masuk TK

4. Relationship Skills

Definisi: Menetapkan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat, mengatasi tekanan sosial yang tidak pada tempatnya, serta mencari solusi konflik.

Contoh:

- Anak dapat memulai pertemanan yang baru.

- Anak dapat memelihara relasi pertemanan dengan saling memberi dan menerima.

- Anak dapat mengatasi konflik atau masalah yang terjadi dalam pertemanan.

Baca: Pelajaran Penting Tentang Hidup yang Wajib Diketahui Anak

5. Responsible Decision Making

Definisi: Mampu membuat keputusan berdasarkan norma sosial yang berlaku, menghargai orang lain, dan mengaplikasikan keterampilan pengambilan keputusan ini di situasi sosial dan akademik.

Contoh: 

- Anak mampu konsekuen dengan pilihan yang dibuatnya. Misal, jika bersedia ikut dengan ayah dan ibu menghadiri acara formal daripada tinggal di rumah, maka ia mampu menjaga sikap dan perilakunya sesuai dengan acara tersebut.

- Anak mengerti konsekuensinya memilih bermain daripada belajar mempersiapkan ujian yang akan dihadapi

Noverita K. Waldan/NOVA