Kenapa Suka Tiba-tiba Lupa Kata yang Mau Diucap? Kenali Fenomena Tip of The Tounge

By nova.id, Jumat, 21 Oktober 2016 | 03:15 WIB
4 Cara Efektif Mencegah Lupa (nova.id)

Anda mungkin pernah terjebak di situasi berikut.

Ada orang yang bertanya tentang suatu hal dan ketika Anda tahu jawabannya, kata-kata yang akan dilontarkan mendadak ‘lenyap’ dari ingatan. Duh! Padahal, kata tersebut sudah ada di ujung lidah dan siap terucap.

Anda pun menjadi sebal karena begitu sulit mengingat, kecuali huruf awalnya saja. Yang makin tak enak, semakin berusaha mengingat semakin Anda lupa. Akhirnya, Anda pun mengabaikan obrolan.

Namun, kejadian yang sering terjadi pada setiap orang ini tentu saja membuat diri bertanya-tanya. Fenomena ini disebut tip of the tongue alias ‘ujung lidah’ dan kenapa bisa terjadi, ya?

Seperti yang terinfo dalam laman HelloSehat, fenomena tip-of-the-tongue adalah perasaan percaya diri bahwa seseorang tahu akan suatu kata, namun gagal untuk mengingatnya kembali (Schwartz, 1999, 2002). Kegagalan dalam mengucapkan suatu kata ini terjadi karena seseorang “dihalangi”, “diganggu”, dan “dicegah” untuk mengingat suatu kata.

Baca: Sering Lupa Saat Mengingat Kata? Hati-hati Kena Lethologica!

Pada beberapa kasus, ini terjadi akibat gangguan pada tahapan dalam lexical retrival, yaitu “tempat” penyimpanan kata dalam memori manusia (Gollan & Brown, 2006).

Fenomena ini normal dan umum terjadi karena menurut simpulan dari penelitian yang pernah dilakukan, melupakan kata yang sudah di ujung lidah terjadi setidaknya sekali dalam seminggu dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia (James & Burke, 2000; Schwartz, 2002).

Bahkan, fenomena ini lebih sering dialami oleh para bilingual alias orang yang menguasai lebih dari satu bahasa, karena orang-orang yang bicara lebih dari satu bahasa cenderung mengetahui lebih banyak kata daripada orang yang hanya menguasai satu bahasa.

Baca: Sebal Karena Suka Gampang Lupa? Atasi dengan 3 Kegiatan Ringan Ini

Roger Brown dan David McNeill (1996) adalah peneliti pertama yang melakukan penelitian formal tentang hal ini. Dalam penelitiannya, Brown dan McNeill merekayasa para respondennya untuk merasakan tip of the tongue.

Pertama-tama, peneliti memberikan arti dari kata yang jarang digunakan dalam bahasa Inggris (sampan, ambergris, nepotism) dan meminta responden untuk menyebutkan kata mana yang sesuai dengan arti yang sebelumnya telah disampaikan.

Responden segera memberikan jawaban yang benar, dan ada juga responden yakin bahwa mereka tidak pernah mendengar kata-kata tersebut.

Baca: Ternyata Pikun Itu Bisa Menular

Selanjutnya, peneliti merekayasa adanya tip-of-the-tongue. Responden yang sebelumnya telah mengetahui arti kata dari masing-masing kata asing tersebut diminta untuk mengganti kata asing tersebut dengan kata lain yang memiliki pengucapan yang serupa.

Seperti saat ada arti dari sampan yang diberikan, responden diminta untuk mencari kata lain yang pengucapannya serupa, seperti saipan, siam, Cheyenne, sarong, sanching, dan symphoon.

Hasilnya, responden memberikan jawaban kata lain yang cenderung serupa dari kata asing pertama yang mereka ketahui.

Sebanyak 49 persen dalam peneitian, responden memilih kata dengan kesamaan huruf pertama, dan sebanyak 48 persen memilih huruf dengan banyak suku kata yang sama dengan kata asing pertama.

Hal ini menjelaskan bahwa saat Anda dilanda dengan tip-of-the-tongue, Anda dapat mengidentifikasikan kata yang ingin Anda ucapkan. Ciri yang terpikirkan oleh Anda, seperti huruf pertama atau jumlah suku kata, cenderung benar dengan huruf yang ingin Anda ucapkan.

Selain itu, Anda juga cenderung untuk mengganti kata yang tidak terpikirkan itu dengan kata lain yang cenderung sama pengucapannya.

Baca: Kenali Apakah 10 Gejala Pikun Dini Berikut Terjadi pada Anda

Jadi, seperti yang diungkapkan di atas, tidak perlu malu jika Anda melupakan suata kata atau nama yang sudah ada di ujung lidah, karena fenomena ini adalah yang normal terjadi pada manusia.

Percaya atau tidak, hal ini bahkan lebih sering terjadi dibandingkan fenomena deja vu yang biasanya dirasakan hanya satu hingga dua kali dalam hidup seseorang (Brown, 2004).