Adakalanya seorang anak keukueh dengan keinginan atau pendapat pribadinya. Padahal ibu tak setuju dengan hal itu. Harus bagaimana?
Ketika si Kecil diajak pergi ke suatu undangan pernikahan, ia berkeinginan memakai kaus bergambar kartun favoritnya.
Padahal, ibu sudah menyiapkan beberapa alternatif kostum yang lebih cocok untuk dikenakan ke acara itu. Walau sudah diberi tahu, tetap saja ia ngotot dengan pilihannya. Pernah mengalaminya?
Tak sedikit orangtua yang kemudian melabel dengan sebutan ‘anak sulit’, ‘suka menantang aturan’, ‘suka melawan’, atau ‘anak keras kepala’ yang dalam bahasa ilmiah disebut strongwilled child.
Menurut Nicky Maulani, M. Psi., Psi., CGA dari RS. Hermina Ciruas dan Klinik Gumelar Cilegon, sikap seperti itu umumnya ditunjukkan anak usia 2-5 tahun. Ini adalah fase yang sangat alami pada masa pertumbuhan kejiwaan anak.
Ia berada pada fase dimana mulai menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dari orang-orang dewasa terutama orangtuanya.
Baca: Mengenali Ragam Sifat Si Kecil
Ada beberapa kemungkinan faktor pemicu yang membuat anak berperilaku keras kepala, di antaranya adalah:
- Boleh jadi anak meniru perbuatan orangtuanya yang juga keras kepala atau anak sering menyaksikan orangtuanya bertengkar.
- Orangtua terlalu memanjakan, selalu memberikan apa yang diinginkannya. Nah, ketika suatu saat keinginan tersebut tidak dipenuhi, tentu anak akan memprotes dan melawan.
- Kurangnya ikatan kasih sayang dan pengertian antara orangtua dan anak.
- Orangtua terlalu membiasakan anak patuh pada sesuatu secara fanatik.
- Anak terlalu sering disuruh mengalah, tanpa memberi pengertian yang dapat membuatnya mengerti.
Baca: Anak Bandel Lebih Berpotensi Sukses dan Bergaji Tinggi?
Terlepas dari label negatif yang disandang sang anak ini, menurut Nicky sebenarnya anak yang berkemauan keras seperti itu adalah pribadi yang bersemangat dan berani.
Ia memiliki integritas yang tak mudah terombang-ambing. Ya, pasti ada plus-minusnya. Ada beberapa ciri anak yang tergolong berkemauan keras, yaitu:
- Lebih aktif. Misal, ia mampu berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi dan berputar lebih lama.
- Lebih tidak sabaran. Ia tidak suka berbagi dan bergantian.
- Lebih impulsif. Ia sulit mengontrol dorongan sehingga ingin mendapatkan sesuatu secara cepat.
- Lebih tidak mau nurut. Misal, ia akan lari menuju keramaian, melihat orangtua sekilas, kemudian berlari lagi ke jalanan.
- Lebih keras sikapnya. Ia mudah marah. Juga ia tetap menangis walau keinginannya sudah dipenuhi.
- Lebih intens. Kalau sedang senang tampak gembira sekali. Begitupun kalau sedang sedih tampak sedih sekali. Begitu juga kalau marah.
- Lebih sensitif. Perasaannya lebih mudah tersinggung atau tersakiti.
Baca: 7 Kalimat yang Wajib Dihindari Agar Anak Percaya Diri
Plus dan minus strongwilled child adalah:
- Bersemangat tinggi. Saat ia mengingkan sesuatu, ia berupaya keras untuk mendapatkannya. Ia memiliki keyakinan untuk mampu meraihnya.
- Sulit diatur. Ia memilih keinginannya sendiri dan merasa bertanggung jawab akan dirinya sendiri sehingga tidak suka diatur.
- Jika diasuh dengan sensitif, ia tumbuh menjadi sosok yang hebat, mampu memotivasi sendiri dan terarah. Ia mengejar impiannya dan hampir selalu tahan banting terhadap tekanan teman sebaya. Selama orangtua menahan diri untuk tidak mematahkan keinginannya maka anak berkemauan keras dapat menjadi pemimpin.
- Anak berkemauan keras seringkali ingin belajar sendiri daripada menuruti apa yang orang lain katakan. Ia sangat ingin ‘in-charge’ dalam urusannya dan kadang ingin merasa benar di atas segalanya.
- Anak berkemauan keras memiliki integritas sehingga tidak mudah goyah pendiriannya.
Hadapi Tanpa Paksaan
Lalu bagaimana cara menghadapi si keras kepala ini? Berikut upaya yang bisa kita lakukan:
1. Anak berkemauan keras adalah pembelajar melalui pengalaman
Sebagai contoh, untuk mempercayai bahwa kompor itu panas maka ia perlu mendekati kompor agar dapat merasakan sensasi panas di sekitar alat tersebut. Maka lebih efektif untuk membiarkan ia belajar melalui pengalaman, daripada kita mengontrolnya.
Hal ini seringkali menguji batas kesabaran kita, namun pahamilah bahwa begitulah cara ia belajar.
2. Anak berkemauan keras ingin penguasaan lebih dari apa pun
Biarkan dia mengambil alih kegiatannya sendiri sebanyak mungkin. Hindari terlalu banyak menyuruhnya, akan tetapi kita bisa mengingatkannya.
Baca: Ibu, Ajari Anak Usia Sekolah 10 Sikap Mandiri Ini, Ya!
3. Berikan pilihan kepada anak
Jika Anda memberikan perintah, ia akan hampir pasti menolak. Sedangkan jika kita memberikan pilihan maka anak lebih senang bekerja sama. Ia merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya.
4. Beri mereka otoritas kebebasan akan dirinya sendiri
Sebagai contoh, anak tidak mau memakai jaket. Kita bisa memberikannya kemungkinan-kemungkinan, misalnya mengatakan, “Kalau nanti hujan dan kamu tidak memakai jaket kira-kira apa yang akan terjadi? Kalau nanti kamu kehujanan, kira-kira akan sakit atau tidak?”
5. Hindari memaksa anak jika ia tidak mau mengikuti arahan kita
Hal tersebut hanya akan membuat anak menentang orangtua. Orangtua memiliki peluang yang besar untuk memenangkan perdebatan, hanya saja hal tersebut akan merusak hubungan anak dan Anda. Tenangkan diri anda lalu tarik napas dalam-dalam selanjutnya berikan anak penjelasan dengan cara komunikasi yang baik.
6. Luangkanlah waktu Anda untuk mendengarkan apa yang anak inginkan
Kebutuhan anak sebenarnya tidak banyak. Ia menginginkan perhatian dan kasih sayang Anda sebagai orangtua. Kasih sayanglah yang bisa meminimalisasi kebutuhan anak pada sesuatu hal yang bersifat “materi”.
Baca: Orangtua, Ajari 5 Kemampuan Dasar Ini Agar Anak Sukses di Masa Depan
7. Memilih waktu yang tepat untuk menasihati anak
Pentingnya memilih waktu yang tepat untuk menasihati anak, di mana ia tidak merasa terpaksa untuk mendengarkan pesan moral yang disampaikan orangtua. Di sini orangtua harus pintar membaca situasi dan karakter anak, kira-kira pada saat kapan anak bisa diajak bicara dan menjadi pendengar yang baik.
8. Memberikan fasilitas sebagai media untuk menyalurkan hobi anak
Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Para orangtua harus bisa peka dalam melihat hal ini. Hindari memaksakan minat orangtua kepada anak. Namun orangtua perlu menyalurkan minat dan potensi anak.
Yang jelas, sikap keras kepala tidak akan menghilang dengan sendirinya namun perlu arahan dan didikan orangtua. Peran pola asuh sangat penting untuk membentuk karakter anak. Orangtua perlu memberikan contoh yang baik kepada sang buah hati untuk terbuka terhadap kritik dan masukan dari orang lain.
Termasuk juga orangtua bisa menerima kritik dari anak. Alhasil, ia pun dapat meniru sikap orangtua untuk terbuka terhadap arahan dan saran dari orang lain.
Baca: Keahlian yang Harus Dikuasai Anak Balita
Bila tidak dihadapi dengan baik, strongwilled child ini tentunya akan menjadi:
- Anak akan tumbuh menjadi seorang yang pembangkang dan sulit diatur. Ia akan melakukan hal-hal yang diinginkan tanpa pikir panjang sehingga dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
- Anak sulit menerima keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini membuatnya menjadi marah, sedih yang berlebihan dan menyalahkan keadaan.
- Anak akan berupaya mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara apapun. Keyakinan dan semangatnya yang besar untuk mendapatkan sesuatu membuat ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu.
- Seringkali memicu keributan dan membuat hubungan anak dan orangtua menjadi kurang harmonis.
Hilman Hilmansyah/NOVA