TabloidNova.com - Orangtua mana yang tak panik tatkala mendapati anaknya sakit? Pada beberapa kondisi, orangtua tak perlu panik. Yang penting, orangtua tahu apa yang harus dilakukan.
Menurut spesialis anak dr. Vinci Ghazali, Sp.A, ada beberapa jenis gangguan atau penyakit "langganan" bayi dan anak, di antaranya demam, batuk, pilek, dan diare.
"Bayi juga sering terkena gangguan kulit akibat alergi atau yang dikenal dengan atopi. Misalnya minum susu sapi, kulitnya jadi merah," lanjut dokter ramah yang berpraktik di Jl. Karangasem IV No 11, Mega Kuningan, Jakarta.
Berikut beberapa gangguan atau penyakit yang sering dialami bayi dan anak:
Atopi
Pada bayi sering muncul rash alias ruam kemerahan di bagian pipi atau alis. "Ini merupakan atopi atau alergi. Kata orangtua dulu, kena susu," kata Vinci. Padahal, bukan susunya yang bermasalah, melainkan Si Bayi memang memiliki bakat bawaan sensitif terhadap makanan.
Penyebab lain adalah konsumsi zat putih telur dan seafood. Lateks atau karet juga bisa jadi pencetus alergi. Misalnya, pada boks bayi, perlak, dan lain-lain.
Alergi atopi ini sudah dirangsang tumbuh dan timbul sejak bayi dalam kandungan. Bayi menurunkan bakat bawaan dari orangtuanya, sehingga bawaan alergi sudah ada pada kromosom atau genotipenya. Jika ayah dan ibu memiliki riwayat alergi, maka potensi seorang anak terkena alergi adalah 80 persen. Jika hanya satu orangtua yang punya riwayat alergi, potensinya menjadi 50 persen. Namun, bakat alergi ini bisa juga diturunkan dari kakek dan neneknya. Jika anak sudah punya bakat bawaan, maka tinggal menunggu pencetus untuk bermanifestasi.
Atopi ini penting karena bisa menjadi data awal bagi dokter untuk menilai gejala yang akan terjadi pada bayi setelah masuk usia balita kelak. Mereka yang sudah memiliki bakat atopi, pada saat usia balita bisa sensitif terhadap debu, kapuk, dan benda lainnya, yang tak selalu sama antara satu dengan lainnya. Namun sejak awal, sudah bisa diprediksi bahwa anak akan sering batuk dan pilek karena alergi.
Orangtua sebaiknya bisa membedakan antara batuk pilek akibat atopi dan karena tertular. Caranya dengan mengetahui riwayat anak saat masih bayi. Apakah anak punya bercak merah di kulit? "Kalau tidak ada bercak, bukan berarti bebas dari atopi juga. Mungkin saja waktu itu anak tidak terpapar oleh pencetus dan baru terpapar setelah berusia di atas setahun."
Orangtua juga bisa tahu dari batuk anak. Bila batuk tidak disertai demam, kemungkinan besar anak atopi. Sementara jika anak tidak demam dan tidak ada tanda atopi pada waktu lahir, harus dilihat frekuensi batuk pileknya. Batuk sering yang hilang timbul lebih dari 4 kali setahun juga bisa menjadi indikasi bahwa anak atopi.
Lama batuk pilek juga bisa jadi penanda. Kalau batuk pileknya lebih dari 2 minggu dan tidak demam, meski tidak ada riwayat atopi, kemungkinan atopi masih ada. Orangtua juga patut curiga anak atopi jika batuk pilek tak sampai 4 kali setahun tapi sekali serangan berlangsung lama dan tanpa demam.
Apakah atopi bisa diobati? "Bukan mengobati gen-nya, melainkan mencegah fenomena atau manifestasi penyakitnya. Kalau vektor pencetusnya sedikit, maka meski ada faktor genetik pun, manifestasi atopi akan kecil," paparnya.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR