5 Tahun Tak Bergerak, Humaida Diduga Alami Kerusakan Otak

By nova.id, Senin, 31 Oktober 2016 | 06:32 WIB
Humaida terbaring di bangsal RSUD Grogot. Ia koma sejak 2011 tanpa pengobatan dan tanpa harapan sembuh (nova.id)

Menyedihkan. Humaida (46) hidup dalam ketidakberdayaan di bangsal VVIP Rumah Sakit Umum Panglima Sebaya di Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Warga Kelurahan Kuaro, Kecamatan Kuaro, ini tidak bergerak sejak 5 tahun lalu.

"Mengalami kondisi yang disebut minimal consciousness state. Kondisi pasien belum bisa kontak dengan dunia luar," kata Ferdinando Kaose, dokter anestesi di RS Panglima Sebaya, Sabtu (29/10/2016).

Kesadaran menurun ini mengakibatkan Humaida belum bisa memberi respons pada apa pun yang ada di sekitarnya. Meski demikian, Humaida menunjukkan bisa bergerak, setidaknya terlihat dari bisa membuka mata dan ada suara.

Derita Humaida, kata Ferdinando, menunjukkan adanya gangguan berupa kerusakan luas pada sel otak. Kerusakan otak inilah yang diduga menyebabkan kondisinya seperti sekarang.

"Intelegensia yang jadi masalah di sini. Secara sederhana, tidak bisa memahami dan tidak bisa merespons," kata Ferdinando.

Baca juga: Mengharukan, Kisah Humaida Lima Tahun Koma

Bermula di 2011, dimana Humaida menjalani persalinan anak kelima di Klinik Muhammadiyah, Paser. Usai melahirkan secara normal, Humaida menjalani operasi KB steril di klinik yang sama.

Ferdinando mengungkapkan, tindakan yang dilakukan saat itu adalah operasi steril dan penjahitan vagina. Pembiusan dilakukan separuh badan.

Operasi berjalan lancar selama 2 jam. Humaida tampak baik. Ia kembali ke ruangan dan masih dalam pantauan ketat dokter.

Tak lama kemudian, Humaida kejang-kejang. Ia dikabarkan mengalami penurunan tensi. Ferdinando segera kembali ke klinik. "Tapi ternyata bukan penurunan tensi saja. Jantungnya berhenti," kata Ferdinando.

Semua daya dan tindakan langsung dikerahkan agar jantungnya berdetak kembali, mulai dengan pijat jantung, napas buatan, dan pemberian antibiotik.

Setelah denyut kembali, pasien mendapat alat bantu pernapasan (ventilator). Satu bulan kemudian, Humaida lepas ventilator.

Humaida sadar, namun sejak itu tak lagi memberi merespons. Ia tak bergerak kecuali membuka menutup mata.

Belum diketahui mengapa Humaida mengalami kondisi ini. Juga seberapa jauh kaitan antara operasi steril, pascaoperasi, ataupun penanganan Humaida dengan kerusakan sel otak yang kini dialami Humaida.

"Belum bisa dipastikan penyebabnya. Kalau terkait jantung (berhenti) itu bisa terjadi untuk orang yang habis melahirkan," kata Ferdinando.

Meski begitu upaya dokter terus berlanjut. Banyak yang dilakukan sebagai upaya kesembuhan Humaida. Ibu lima anak ini dibawa ke RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) di Balikpapan untuk penanganan yang lebih baik. Ia menjalani observasi otak (CT scan) di RSKD.

Namun, tak ada kemajuan pada Humaida. Tiga bulan dalam perawatan di RSKD, ia dikembalikan ke Grogot dan dirawat di RS Panglima Sebaya.

Selama di RSUD Grogot itu, kata Ferdinando, ia dan pihak rumah sakit terus memberi perhatian selama merawat Humaida. Itulah mengapa kesehatan fisik Humaida secara umum tetap dalam kondisi baik.

"Kami melakukan evaluasi setiap hari. Pasien stabil, nadi, tekanan, tensi baik," katanya.

Namun, karena ketidakberdayaannya, Humaida harus tetap menerima makanan meski harus disuntik lewat selang.  Ia juga menerima vitamin otak yang dimasukkan bersama asupannya. Semua dalam pengawasan dokter dan rumah sakit.

"Demi pengembalian fungsi otak," kata Ferdinando.

Dani Julius Zebua / Kompas.com