Manusia pada umumnya tidak suka dikritik. Lalu bagaimana bila orang yang ingin Anda kritisi adalah atasan Anda. Mungkinkah bisa dilakukan tanpa membahayakan “nasib” Anda selanjutnya?
Sikap kritis adalah bukti bahwa manusia bukan robot yang didesain untuk menjalankan perintah apapun tanpa perlu mempertanyakannya. Sikap kritis menandakan bahwa Anda sesungguhnya peduli dengan pekerjaan dan kemajuan perusahaan di mana Anda bekerja.
Masalahnya adalah bagaimana kita menyampaikan pandangan kita sehingga dianggap sebagai sebuah masukan berharga, bukan sebagai serangan yang mungkin mengusik ego si Bos.
Baca: 3 Kalimat yang Bikin Atasan Menilai Buruk Kinerja Anda di Kantor
Tiga hal berikut bisa Anda pertimbangkan sebelum menyampaikan masukan Anda kepada atasan, tanpa membahayakan posisi Anda.
Persiapan Matang
Keinginan untuk mengkritisi suatu hal biasanya muncul dari rasa yang mengusik diri kita bahwa ada sesuatu yang tidak ideal. Ada hal yang menurut Anda tidak beres atau enggak adil.
Misalnya, Anda merasa bahwa kebijakan perusahaan yang melarang karyawan untuk bekerja lembur sangat tidak masuk akal mengingat beban kerja Anda terima. Biasanya kita langsung bereaksi. “Gile aje si Bos, kalau enggak lembur, mana bisa kelar?”
Kita kadang lupa menganalisis, mengapa kebijakan itu diberlakukan? Apakah atasan melihat bahwa mayoritas karyawan belum bekerja secara efisien dan efektif? Bila memang demikian keadaannya, apa bukti-bukti yang menguatkannya?
Jangan-jangan atasan seringkali memergoki banyak karyawan menghabiskan waktu tidak produktif di waktu kerja. Misalnya banyak bergosip, sering datang terlambat atau cara bekerja yang tidak efisien. Sehingga merasa perlu membuat keputusan tanpa pandang bulu.
Bila Anda merasa bahwa sudah bekerja secara efisien dan terbukti memiliki beban kerja berlebih yang tak mungkin diselesaikan tanpa lembur, fokuslah pada hal tersebut.
Persiapkan bukti-bukti yang mendukung sehingga Anda bisa meyakinkan atasan mengenai kondisi yang Anda hadapi. Sehingga atasan bisa melihat persoalannya dengan lebih jernih dan mencarikan solusi yang lebih masuk akal, misalnya dengan mengurangi beban kerja Anda.
Baca: Ini Alasan Kenapa Anak Buah Berusia Senior Sulit Mematuhi Bos yang Lebih Muda
Lihat Sikon
Sekian lama bekerja dengan atasan Anda pasti belajar memahami kebiasaan atasan. Bagaimana ritme bekerjanya. Kapan mukanya tampak kencang dan mengisyaratkan tidak bisa diganggu, kapan ia terlihat lebih santai dan bisa diajak bicara.
Prinsipnya jangan mengusik macan tidur. Jangan coba mengggangunya bila Anda melihatnya sedang dalam kondisi tertekan, tidak mood atau mungkin menghadapi PMS. Bila Anda melihat waktu yang tepat, sampaikan pada atasan bahwa Anda ingin mendiskusikan sesuatu.
Dalam situasi yang tenang dan santai, diskusi bisa menghasilkan solusi yang diinginkan.
Baca: Menghadapi Atasan "Sumbu Pendek"
Fokuslah Pada Tujuan
Sampaikan dengan jelas maksud dan tujuan Anda. Beri kesan bahwa Anda sedang menyampaikan informasi berharga, bukan sedang mengkritik kebijakannya, apalagi menyerang pribadinya.
Utarakan bagaimana Anda memiliki pandangan yang bisa berguna bagi kemajuan perusahaan. Sampaikan secara jelas dalam bahasa yang mudah dipahami. Buatlah atasan melihat Anda sebagai aset yang sangat berharga bagi perusahaan, bukan sekadar tukang protes belaka.
Emma Aliudin/kontributor NOVA