Merintis karir di musik sebagai artis indie diakui Teza Sumendra sangatlah sulit. Selain kepentok dengan urusan pendanaan, ia harus melakukan semuanya sendiri, termasuk mengelola semua akun media sosialnya. Dan, itu rela ia lakukan karena dari jejaring sosial ini pula karyanya bisa diapresiasi dan ia memiliki banyak penggemarnya.
“Kalau ditanya susah, ya susahlah. Tapi, buat saya, kenapa saya merintis sebagai musisi indie karena saya punya konsep sendiri. Saya buat branding image sendiri. Saya sendiri yang mengelola semua akun sosial media. Dari segi produksi dan budget, semua saya sendiri. Jadi, kesulitan saya ya dari situ. Cuma sejauh ini sosial media sangat membantu. Mulai dari soundcloud, youtube, twitter, instagram dan juga temen media yang sering nge-boost karya tentang saya, itu sangat membantu. Saya ini penyanyi yang terjun ke generasi segmen milenials yang gak suka nonton televisi. Jadi, orang-orang yang tahu tentang saya adalah orang-orang yang aktif di sosial media,” ungkap Teza yang akan tampil satu panggung bersama Noah dalam Sakura Garden Festival 26 November mendatang.
Sebagai artis indie, penyanyi R&B kelahiran 11 Maret 1988 ini merasa keluh kesahnya memang tidak jauh-jauh dari soal pendanaan yang ujung-ujungnya mempengaruhi realisasi konsep atau ide-ide kreatifnya.
“Keluh kesah saya jelas tidak jauh-jauh dari urusan budget karena dari budget, kita bisa mewujudkan konsep. Entah itu konsep showcase atau mini concert. Sebagai artis indie kan, semua harus kita pikirin sendiri dan konsep itu harus kuat sehingga sebagai penyanyi kita dikenal punya karakter,” tambahnya.
Walau sering dipusingkan dengan urusan pendanaan dan juga sering menemui banyak kendala lainnya, Teza belum tertarik untuk mencari-cari perusahaan rekaman besar untuk mengontrak dirinya sebagai artis.
“Sejauh ini, saya belum mencari-cari major label. Saya masih nyaman dengan idealisme dan kreativitas yang tidak diatur. Ini mungkin jadi buah simalakama. Secara idealisme dan kreativitas memang tidak diatur tetapi prosesnya jadi berjalan tidak instan. Saya butuh proses yang cukup lama untuk bisa mencakup semua kalangan. Jadi, kalaupun nantinya ada tawaran dari major label, saya baru akan tertarik jika sama-sama mutualisme. Kalau boleh jujur, saya boncos untuk mengeluarkan semuanya sendiri. Itu kendala pertama saya yang bikin proses cukup lama seperti jeda video klip pertama ke video klip kedua yang agak panjang karena itu tadi, saya harus mengumpulkan duit dulu!” katanya.
Jika bernaung dalam label besar tidak pernah menarik minat, ternyata ada ambisi yang lebih ambisius lagi dari seorang Teza Sumendra dalam merintis karir musiknya. Ia berkeinginan bisa memiliki usia karir yang panjang. Terinspirasi dengan musisi besar barat seperti Justin Timberlake yang memang tidak memiliki terlalu banyak karya tetapi setiap karya selalu menunjukkan kualitas. Hal seperti itulah yang diinginkan Teza.
“Album mereka tidak terlalu banyak. Jangka waktu dari album ke album juga sangat panjang. Tapi, materi satu album itu cukup kuat untuk diinget dalam jangka waktu puluhan tahun. Dan, itu achievement yang pengen saya ambil! Supaya orang inget lagu saya tidak hanya satu atau dua lagu tetapi orang-orang inget materi album saya. Mungkin akan terus diputer sepuluh tahun kemudian.” katanya.
Syanne