Kisah Suami Salurkan Hasrat Seksual Saat Ditinggal Istri Jadi TKW

By nova.id, Kamis, 24 November 2016 | 07:09 WIB
Ilustrasi (nova.id)

"Ya jane due rasa melas, tapi ya kepriwe maning lha wong kebutuhan kaya kue lho. Aku ya terus terang kaya kuwe. Ya wong barang adoh-adoh kan pada ora ngerti lah"

Kutipan itu merupakan pengakuan Darsin, suami Buruh Migran Indonesia (BMI), warga Kecamatan Kalibagor Banyumas, Purwokerto, terkait perilaku seksualnya setelah ditinggal istrinya pergi ke luar negeri.

Pengakuan itu tertulis pada Buku Suami Buruh Migran, antara Hasrat Seksual dan HIV/AIDS karya seorang dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Hendri Restuadhi.

Hendri menilai Perhatian terhadap Buruh Migran Indonesia (BMI) selama ini lebih terfokus pada persoalan ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh Buruh Migran Perempuan (BMP).

Sementara isu mengenai dinamika kehidupan keluarga BMP yang ditinggalkan nyaris tak tersentuh. Hendri Restuadhi mengatakan, keluarga yang ditinggalkan BMP rentan terhadap problem sosial.

Namun, tak jarang suami yang melampiaskan hasrat seksnya ke selingkuhan atau Pekerja Seks Komersial (PSK).

Baca juga: Dipaksa Pacar Layani Hasrat Seks Temannya

Yang mengejutkan dari penelitian Hendri, dari sekitar 32 suami BMP di Banyumas yang diwawancarai peneliti, sebagian di antaranya memilih menyalurkan libidonya ke wanita lain.

"Mereka punya nomor beberapa wanita panggilan. Kalau sedang butuh, wanita itu dipanggil ke rumah. Ada juga yang datang langsung ke lokalisasi,"katanya

Perilaku seksual suami BMP semacam itu, kata Hendri, membuat mereka rentan terkena HIV/AIDS.

Sayangnya, pengetahuan mereka yang rata-rata berpendidikan rendah dan tinggal di desa sangat minim mengenai penyakit tersebut, termasuk cara menghindarinya.

Banyumas, kata Hendri, menempati urutan ketiga sebagai daerah dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di Jawa Tengah. Sementara sebagian besar penderitanya merupakan adalah laki-laki yang sudah menikah.

"Kami menemukan, banyak dari mereka yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lain tidak memakai pengaman. Mereka juga kurang mengetahui, harus kemana mereka memeriksakan diri,"katanya.

Khoirul Muzakki / Tribunnews