Kiprah Bambang Mengubah 2,7 Ton Kotoran Sapi Jadi Biogas Penuh Manfaat

By Ade Ryani HMK, Rabu, 21 Desember 2016 | 01:15 WIB
Dari 2,7 Ton Kotoran Sapi Bambang 'Mengubah Limbah' Jadi Biogas Penuh Manfaat (Ade Ryani HMK)

Siapa saja bisa berwiraswasta dan menghasilkan usaha yang luar biasa tak hanya untuk diri dan keluarganya, tapi juga berdampak luas bagi lingkungan.

Di tahun ke-10 penyelenggaraannya, Danamon Social Entrepreneur Awards (DSEA) kembali mengapresiasi para pejuang muda yang peduli untuk menyejahterakan jutaan orang lewat wirausaha yang ditekuninya.

Melalui 7 tahap seleksi sejak dibuka penjaringan peserta, DSEA 2016 mendapatkan 5 Peraih. Salah satunya Bambang Boedi Cahyono yang sukses menjadi agen ‘Pengubah Limbah’.

Pria kelahiran Lumajang 19 Februari 1976 ini dalam 4 tahun terakhir mengubah limbah dari peternakan sapi jadi bernilai lebih bagi banyak orang.

Selama tinggal di Bandung, Bambang melihat area Lembang sebagai sentra pertanian sayur dan peternakan sapi yang begitu potensial. Sayangnya, dari ribuan peternak sapi yang bergabung dalam wadah koperasi, kotoran sapi yang dihasilkan terbuang percuma. Malah menimbulkan pencemaran air seperti di Sungai Cikapundung.

Terdorong rasa peduli pada kualitas hidup masyarakat serta pelestarian lingkungan, Bambang pun berinisiatif memanfaatkan teknologi biogas, dengan mengubah kotoran sapi menjadi bahan bakar alternatif. Ia merancang reaktor biogas skala rumah tangga.

Bambang lalu menjalin kerjasama dengan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Usaha ini pun telah menghasilkan 908 unit reaktor biogas konstruksibata semen cor bagi peternak KPSBU.

Rupanya ide Bambang tersebut tak hanya membantu para peternak, tapi juga mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Lembang. Dari segi ekonomis teknologi ini juga dapat menghasilkan pupuk bagi usaha pertanian sayur, menggantikan pupuk dari kotoran ayam yang selama ini dibeli dari luar Lembang.

“Ada beberapa kelompok peternak yang sudah memanfaatkan pupuk biogas menggantikan kotoran ayam. Salah satunya, Kelompok Karya Ibu di Kampung Areng, Desa Cibodas, Lembang. Mereka terdiri dari 100 orang ibu rumah tangga pengguna biogas,” kata Bambang.

Dalam kurun 2012-2016, kini terbentuk badan usaha yang menjadi penyedia instalasi reaktor biogas bagi para peternak sapi. Usaha ini juga memberikan garansi untuk unit yang rusak. Agar masyarakat makin berdaya, diberikan juga pelatihan pembangunan reaktor biogas dan pendampingan masyarakat yang rata-rata bekerja sebagai tukang ojek.

Yang membanggakan ribuan unit peralatan ini juga dikirim ke berbagai penjuru nusantara seperti Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan banyak lagi. Omset yang didapat pertahunnya mencapai 4 miliar.

Menyadari besarnya potensi sumber daya biomassa di Indonesia, Bambang banyak bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan misinya.

Ia berharap biogas jadi solusi sampah di perkotaan dan berinovasi mengembangkan reaktor biogas dari serat fiber, “Sehingga kalau ada order dari luar kota tak perlu survei lagi, tinggal rakit dan pakai,” urainya.

Selain bekerjasama dengan instansi pemerintah, ia juga melatih dan mendampingi lebih dari 1700 unit pembangunan reaktor biogas model bata semen cor. Permintaan dan kerjasama yang terus berulang ini membuat Bambang terus berinovasi sehingga instalansi yang dibangunnya berumur awet hingga lebih dari 25 tahun.

“Jumlah instalasi yang kami bangun di Lembang tidak lebih dari 13 persen populasi kotoran sapi peternak KPSBU.”

Komitmen Bambang dan usahanya yang konsisten selain dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat juga terbukti mampu memberi solusi pengelolaan sampah organik di kota Bandung. Ia berhasil memanfaatkan teknologi biogas untuk mengelola lebih dari 2,7 ton kotoran sapi di Lembang.

Atas kiprahnya tersebut ia pun terpilih menjadi Peraih DSEA 2016. Bambang telah menunjukkan kontribusi mengagumkan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitarnya sehingga meningkatkan taraf hidup dirinya sendiri dan lingkungannya.