Bagi perempuan yang telah menikah, memutuskan tetap meniti karier atau mengabdikan dirinya untuk keluarga kerapkali menjadi sebuah dilema.
Itu pula yang dialami Dian Aryanti. Perempuan asal Garut, Jawa Barat ini memutuskan berhenti setelah 8 tahun bekerja di bank swasta. Alasannya, ia ingin lebih dekat dengan anaknya.
Terbiasa aktif, Dian sempat merasa jenuh. Untuk memanfaatkan waktu luang, ia belajar membuat kue.
Dari sekedar membuat pisang roll untuk acara arisan, Dian pun termotivasi untuk menekuni kegiatannya menjadi usaha. Camilan yang khas dan unik menjadi fokusnya.
Mula-mula Dian memasarkan produknya lewat sosial media dan juga menawarkan ke toko oleh-oleh di sekitar Garut. Tentu saja ada kendala yang ia hadapi terkait pembayaran.
Tak pantang menyerah, Dian pun belajar cara efektif memasarkan produknya. Ia ikut seminar dan masuk komunitas UKM untuk memudahkan proses tersebut. Karena memiliki masalah yang sama dengan para pelaku UKM lain, Dian tergerak untuk berkolaborasi dengan mereka dalam pemasaran online.
Ternyata masalah tak berhenti di situ. Ada hal baru yang harus ia tangani terkait kemasan, branding, foto produk, kualitas rasa. Terdorong rasa pedulinya, ia pun turun langsung mengedukasi para pelaku UKM kecil terkait faktor-faktor tadi.
Pada akhirnya, profit dan omset bukan lagi jadi tujuan utama ketika Dian mulai menyelami dunia usaha lebih jauh. Bagaimana memperluas jaringan dan melahirkan lapangan usaha dari kepeduliannya, bagi Dian ternyata itu lebih penting.
Ia pun bertekad untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siapapun yang ingin berwirausaha.
Dari skala rumahan, produk camilan milik pelaku UKM pun berkembang. Salah satunya, dari sisi kemasan. Otomatis, permintaan meningkat dan menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Sejak tahun 2013 usaha Cemilan kunik dikembangkan Dian sudah mencapai omset sekitar Rp80-100 juta setiap bulan dengan jumlah karyawan 8 orang. Dan dalam 2 tahun terakhir, ada 14 UKM yang Dian bina. Menyusul 26 UKM lainnya.
Sedangkan untuk omset UKM yang dibina rata-rata yaitu Rp 10-25 juta per bulan. Dian juga membuat sistem reseller yang ada di berbagai daerah sehingga membantu penyebaran produknya lebih cepat, mulai dari Aceh sampai Papua.
Perbedaaan yang dirasakan, tentu saja para UKM merasa terbantu dengan sistem penjualan yang Dian ciptakan. Dari yang tadinya tak punya kendaraan operasional, kini mereka bisa mencicilnya untuk membantu proses produksi.
Yang menggembirakan, bagi masyarakat terutama para ibu yang tinggal di sekitar rumah Dian maupun rumah UKM binaannya, mereka mampu berdaya karena memiliki penghasilan tambahan.
Semua pekerja yang putus sekolah juga Dian berikan motivasi setiap harinya. Tak hanya itu, mereka juga diajari soal keuangan dan sosial media agar para remaja tersebut tidak gagap teknologi dan perkembangan di dunia luar.
Omset tak melulu yang ditekankan Dian sebagai wirausaha. Ia justru membantu sekitar 50 resellernya agar terpacu untuk terus berkreasi dalam hal cemilan sehinggamenghasilkan produk dagangan yang beda dan kreatif.
Dian berkomitmen untuk terus maju bersama para UKM binaannya hingga mereka punya toko online dengan produknya sendiri. Sembari hal itu berjalan, ia juga memasarkan produknya dengan membangun komunitas MOM Preneur.
Keinginan untuk berwiraswasta memang bisa timbul dari beragam motivasi. Tak sedikit contoh sukses mereka yang mengawalinya dengan langkah kecil lalu mampu memberi dampak luar biasa bagi diri sendiri maupun orang lain.
Salah satunya, Dian Aryanti ‘Snack Stylist’ asal Garut yang menjadi Peraih Danamon Social Entrepreneur Awards (DSEA) 2016. Dari langkah kecil, Dian berhasil berkontribusi bagi masyarakat. Terutama memberdayakan para ibu dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR