Pak Guru SD Ini Harus Menyeberangi Sungai dan Berjalan 12 Km Setiap Hari untuk Mengajar

By nova.id, Jumat, 25 November 2016 | 08:33 WIB
Potret guru terpencil di Pinrang Sulawesi Selatan (nova.id)

Para siswa baru meninggalkan sekolah pada pukul 16.30 Wita. Mereka sengaja dipulangkan lebih awal agar para siswa bisa tiba di ruamhnya sebelum malam hari.

Di sekolah ini, para siswa bebas memggunakan pakaian apa saja. Para guru memgaku tak ingin menerapkan disiplin berpakaian, termasuk sepatu agar anak-anak mereka bisa bersemangat datang ke sekolah tanpa terbebani peraturan seragam.

Bagi guru, memupuk semangat bersekolah dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk para siswa jauh lebih penting daripada bicara soal aturan disiplin berpakaian ke sekola agar anak-anak itu tidak putus sekolah.

“Siswa boleh pakai sandal, pakaiannya boleh seragam ata tidak intinya yang penting mereka mau datang ke sekolah,” tutur Idrus.

Menurut Idrus, pihak sekolah sebetulnya sudah lama mengajukan permintaan tambahan guru minimal satu orang agar mereka bisa menghadapi hanya dua kelas dalam setiap kali mengajar. Namun hingga kini, permintaan tersebut belum juga direspons pemerintah setempat.

SD 156 Sabura termasuk sekolah miskin sarana dan prasarana. Jangankan laboratorium komputer untuk menambah wawasan dan pengetahuan para siswa dan guru, sarana perpustakaan saja tak ada.

Di sekolah yang terletak di perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat ini, juga ada siswa asal Sulawesi Barat yang belajar setiap hari di sekolah ini. Mereka memilih bersekolah ke Dusun Sabura atau SD 156 Sabura karena alasan lebih dekat ke Kabupaten Pinrang.

SD 156 Sabura hanya berjarak sekitar 35 kilometer dari ibu kota Kecamatan Lembang atau 85 kilometer dari ibukota Kabupaten Pinrang. Namun, kondisi jalan perbukitan yang belum beraspal dan sebagian baru dirintis membuat jarak tempuh perjalanan bisa memakan waktu lebih berjam-jam.

Junaedi / Kompas.com