Di hari kedua event Datsun Raisers Expedition (DRE) 2 selain jurnalis ada empat tim raisers (sebutan untuk pengguna mobil Datsun) yang ikut di dalamnya. Para raisers yang datang dari berbagai kota tersebut sengaja direkrut oleh Datsun melalui yang pendaftarannya online untuk merasakan bagaimana performa Datsun di berbagai medan.
Usai dilepas oleh Head of marketing Datsun Indonesia Christian Gandawinata dari Datsun Cabang Malang kemudian mengunjungi berbagai lokasi menarik di Malang.
Tujuan pertama rombongan siang itu mengunjungi klinik bank sampah yang digagas dan didirikan oleh dr. Gamal Albisaid, seorang local hero yang reputasinya sudah mendunia. Bank sampah tersebut mengemban misi sosial yaitu untuk membantu masyarakat marginal mendapat pelayanan kesehatan yang murah dengan cukup membayar dengan sampah.
Perjuangan anak muda yang brilian tersebut mendapat penghargaan dari Pangeran Charles di Istana Buckingham, Inggris. “Pada saat pemberian penghargaan Pangeran Charles mengatakan bahwa apa yang saya lakukan tersebut sekaligus menyelesaikan dua persoalan sosial. Pertama lingkungan menjadi bersih sedang kedua kesehatan masyarakat lebih terjamin,” kata Gamal.
MUSEUM BRAWIJAYA
Usai mengunjungi bank sampah jurnalis dan raisers diajak mengunjungi museum Brwijaya yang ada di kawasan Jl. Raya Ijen. Museum yang koleksinya benda-benda bersejarah peninggalan masa perjuangan tersebut rombongan diterima oleh kepala museum Kapten Luluk.
Selama sekitar satu jam lebih petugas memberi penjelasan tentang sejarah berbagai koleksi museum yang pernah digunakan ketika masa penjajahan. Mulai dari kursi yang digunakan oleh Soekrano dan Hatta saat melakukan perundingan dengan jendral Mallabay sampai berbagai jenis senjata dan alat komunikasi yang ada disana.
Usai mengunjungi museum kemudian perjalanan dilanjutkan ke rumah pohon yang ada di kawasan Gunung Banyak, Batu. Disini para raisers sekaligus menjajal bagaimana kelincahan dan kenyamanan Datsun di jalan tanjakan dengan jalan berkelok-kelok. “Dengan begini raisers akan merasakan sendiri kehandalan Datsun,” kata Christian.
Gunung Banyak dengan ketinggian 1315 dpl adalah kawasan tertinggi yang ada di batu. Dari puncak bukit yang menjadi tempat olahraga paralayang dapat melihat keindahan kota Batu dari ketinggian.
Di puncak gunung banyak selain terdapat landasan paralayang juga terdapat rumah pohon. Yaitu rumah yang dibangun menempel pada pohon pinus di tepi tebing gunung. Dari rumah tersebut bisa merasakan sensasinya tinggal di ketinggian sekaligus menikmati keindahan suasana alam di perbukitan.
Puas menikmati pemandangan alam ketika hari menjelang gelap para raisers kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia (SMA SPI) yang masih berada di kawasan Batu pula.
Sekolah SMA SPI memang sangat istimewa sebab sekolah tersebut berada di lokasi yang sangat asri dengan sejuk hawa pegunungan seluas 10 hektar lebih. Yang istimewa sekolah gratis tersebut didirikan khusus untuk anak-anak yatim piatu atau paling tidak anak dari keluarga miskin. “SMA SPI ibarat melihat Indonesia mini. Karena disini selain dari anak miskin tetapi seleksinya diambil dari berbagai daerah dan suku serta agama yang ada di Indonesia,” kata Didik Tri Hanggono, wakil kepala sekolah.
Kendati sekolah gratis tetapi ratusan anak-anak yang ada disana mendapat pendidikan istimewa. Selain pendidikan formal juga mendapat pelatihan entrepreneur sekaligus penerapan di lapangan. “Sehingga kelak anak-anak yang keluar dari sekolah sini sudah siap mandiri,” kata Didik sambil jelaskan bahwa setiap tahun anak yang berprestasi akan dikirim ke luar negeri.
Para jurnalis maupun raisers sangat terkesan atas keberadaan SMA SPI tersebut. “Saya tak pernah melihat, sebiha sekolah untuk anak miskin namun yang tertata nyaris sempurna seperti ini,” kata salah seorang raisers.
Yang tak kalah mengesankan, usai makan malam rombongan mendapat sajian pertunjukan drama musical dari para siswaanak yang sangat apik. Drama musical tersebut mereka adobsi dari pertunjukan yang ada di luar negeri. Dengan sound effect dan tata lampu yang bagus, pertunjukan di SMA SPI malam itu meninggalkan kesan yang amat dalam.
Gandhi Wasono M.