Benarkan Cairan ‘Hand Sanitizer’ Bisa Menggantikan Sabun Tangan?

By nova.id, Rabu, 30 November 2016 | 07:30 WIB
Benarkan Cairan ‘Hand Sanitizer’ Bisa Menggantikan Sabun Tangan? (nova.id)

Bagi Anda yang sangat memerhatikan kebersihan, biasanya Anda akan menyimpan produk pembersih tangan instan tanpa air yang banyak dijual di pasaran. Ya, hand sanitizer atau cairan pembersih tangan berjenis gel atau cairan yang disemprot itu dianggap bisa menggantikan sabun cuci tangan biasa.

Hand sanitizer umumnya digunakan oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Penggunaannya simpel dan praktis karena tidak membutuhkan air seperti sabun kebanyakan.

Bahkan, banyak produsen produk ini mengklaim bahwa pembersih tangan yang mereka produksi mampu mematikan 99,9 persen kuman yang ada ditangan. Tak heran, banyak orang akhirnya memilih menggunakan hand sanitizer ketimbang sabun cuci tangan sesaat sebelum makan. Lantas, benarkah kualitas kebersihan hand sanitizer bisa menggantikan sabun cuci tangan?

Faktanya, beberapa penelitian ternyata tidak begitu sepakat dengan pemikiran tersebut. Pasalnya, cara kerja hand sanitizer adalah dengan melepaskan lapisan minyak terluar pada kulit. Hal ini biasanya mencegah bakteri yang memang sudah ada dalam tubuh tidak menempel lagi di permukaan tangan. Padahal, bakteri ini biasanya bukanlah bakteri yang bisa membuat kita sakit.

Baca: Duh, Pembersih Tangan Bisa Bikin Kulit Anda Semakin Kering!

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Barbara Almanza, profesor di Purdue University dalam bidang sanitasi memberikan kesimpulan yang menarik. Ia menyatakan bahwa sebenarnya gel pembersih tangan tidak secara signifikan mengurangi jumlah bakteri di tangan. Bahkan dalam beberapa kasus, hand sanitizer itu berpotensi meningkatkan jumlah bakteri pada tangan. Nah, jadi mengapa produsen begitu berani mengklaim 99,9 % membunuh kuman?

Begini, sebenarnya yang diklaim oleh produsen itu benar. Hanya saja produk diujikan pada benda mati sehingga betul sekali bahwa bakteri pada benda itu mati semua. Masalahnya, produk itu bisa saja menghasilkan hasil yang berbeda jika diujikan pada tangan.

Berbeda hasilnya karena kompleksitas pada tangan manusia lebih sulit dilakukan pengujiannya. Sehingga pihak produsen menggunakan variabel yang bisa dikontrol hasilnya demi konsistensi hasil dari produk itu. Nah persoalannya adalah aktivitas manusia dalam menggunakan tangan tidaklah konsisten. Jenis kuman dan bakteri yang dijumpai tiap hari mungkin silih berganti.

Departemen Kesehatan dan Masyarakat AS bahkan memberi rekomendasi bahwa penggunaan hand sanitizer tidak dapat dijadikan sebagai pembersih tangan utama di luar air. Namun disarankan hanya sebagai tambahan saja. Hal ini juga dibenarkan oleh Almanza, untuk membersihkan tangan, peran sabun dan air sebenarnya tidak bisa digantikan oleh hand sanitizer.

Baca: 4 Hal ‘Konyol’ Penyebab Keriput Datang di Usia Muda

Sama halnya juga dengan sabun antibakteri yang belakangan juga mengklaim diri lebih efektif ketimbang sabun biasa. Padahal sebenarnya semua jenis sabun, baik sabun biasa maupun sabun antibakteri sama efektifnya dalam hal mengurangi bakteri. Bahkan yang mengejutkan, penggunaan sabun antibakteri dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik pada beberapa bakteri. Kecuali sabun antibakteri yang digunakan di rumah sakit atau area klinis lainnya.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa area yang dibersihkan berlebihan dengan penggunaan antibakteri terus menerus dengan sabun antibakteri dan pembersih tangan dapat menghambat pengembangan sistem kekebalan tubuh khususnya pada anak-anak.

Tika Anggreni Purba/intisari-online.com Sumber: About