Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi dan penetrasi internet semakin hari membawa pengaruh yang cukup besar pada pola pikir seseorang. Sebab, fungsinya tak lagi hanya untuk mempermudah pekerjaan, tapi juga untuk menjangkau beragam informasi, oleh tua maupun muda.
Positifnya, kemudahan akses ini membuat wawasan bertambah banyak. Mulai dari hal sepele hingga rumit. Berita apapun kini bisa dikonsumsi berbagai kalangan. Tak terkecuali anak-anak. Bahkan, hanya dengan mengaksesnya melalui gadget.
Untuk itu, sebagai orangtua yang cerdas disarankan agar mampu lebih pintar memilah bermacam informasi yang beredar. Sebab begitu banyak berita bohong atau 'hoax' yang bermunculan dan bisa menimbulkan pola pikir yang keliru.
Psikolog Rieny Hassan mengatakan bahwa hidup di era digital dengan persebaran informasi yang sangat banyak membuat orangtua harus tetap bijak mengikuti perkembangan.
“Di era digital ini, banyak sekali informasi bertebaran. Namun, jangan langsung percaya atau menerimanya mentah-mentah. Sebagai orangtua yang cerdas kita juga harus memilah-milah informasi tersebut. Misalnya informasi tentang cara menyembuhkan kanker adalah dengan memakan petai. Jangan langsung dipercaya, ditelusuri terlebih dahulu agar tidak salah kaprah," ungkapnya.
Lebih lanjut, pengasuh rubrik psikologi di Tabloid NOVA ini juga menyarankan, semodern apapun kehidupan di zaman sekarang, alangkah baiknya jika tak membuang begitu saja ilmu yang diajarkan orangtua zaman dulu.
Sebab ilmu yang diperoleh saat kecil dulu bisa diaplikasikan secara seimbang pada era digital ini.
“Jangan mentang-mentang hidup di era digital, lalu kita melupakan ajaran yang dulu diwariskan oleh orangtua kita. Justru hal itu dijadikan pedoman agar tidak tertipu dengan berita ‘hoax’. Dengan pandai memilah informasi, kita pun bisa mendidik anak dengan baik. Jadi harus balance," jelasnya.
Baca: 3 Kiat Ampuh Jauhkan Anak dari Efek Buruk Gadget
Begitu pula dengan pemakaian gadget yang seringkali dijadikan media dalam pengasuhan anak. Lalu bagaimana sebaiknya orangtua modern mendidik anak di era digital? Bisa kah anak tetap menjadi pribadi yang tangguh meski sering terpapar teknologi dalam kesehariannya? Berikut tiga kiat efektif yang mengubah pola pikir orangtua dan mampu mencegah dampak buruk yang bisa terjadi pada anak:
Jangan menjadikan gadget sebagai pengganti kasih sayang
Menurut Rieny, sebagai orangtua yang bijak, tidak seharusnya menjadikan gadget sebagai pengganti kasih sayang.
“Ingat, jangan jadikan gadget sebagai pengganti kasih sayang, penerimaan dan respect. Sebab tiga hal tadi adalah modal utama dalam mengasuh anak. Jika ini dilakukan sejak mereka kecil akan mengganggu perkembangan anak saat dewasa nanti," ujarnya.
Baca: Cara Sederhana Mengasah Life Skills Anak Lewat Bermain
Jangan menitipkan anak pada dunia online
Beberapa kasus seperti ini sudah sering dijumpai. Misalnya, orangtua sengaja mengizinkan anaknya yang masih berumur 2 tahun untuk menggunakan gadget seharian dengan alasan agar anak tidak menangis dan orangtua bisa bebas melakukan kegiatannya.
“Beberapa hal yang harus diingat yakni jangan pernah menitipkan anak pada dunia online. Kadang saya sering melihat ada orangtua yang sengaja memberikan gadget yang penuh games pada anak agar orangtua bisa bebas dari anak."
Padahal siap atau tidak siap, "Sebagai orangtua, kita tidak akan pernah bebas dari anak. Apapun kegiatannya, anak pasti akan selalu ada disamping kita," ujarnya.
Baca: 5 Langkah Sederhana Deteksi Kecerdasan Anak
Jangan berhenti mengajak anak berinteraksi
Seringkali, orangtua mengacuhkan anak-anaknya karena sibuk dengan obrolan di gadget. Hal ini tentunya tidak baik untuk perkembangan anak nantinya. Ketika dewasa nanti ia akan berpikir bahwa gadget adalah sahabatnya, sehingga membuat interaksi dengan sesama berkurang.
Yuk, ubah cara ini dengan selalu mengajaknya berinteraksi. Hal ini tentu saja akan mentransfer energi positif ke dalam tubuh anak. Sebab dampak buruknya, kurangnya interaksi dengan sesama membuat anak lupa akan sopan santun.
Baca: 7 Cara Ajarkan Sopan Santun Pada Anak
“Apabila tidak ada interaksi dengan anak, bagaimana orangtua mengajari anak tentang soft skillnya? Misal mengajari bagaimana menghargai orang, bagaimana menghormati orang dan bagaimana ketika bertemu dengan lingkungan yang baru?,” tutupnya.
Laili Ira Maslakhah/Tabloid NOVA