Mengenal Penyebab, Gejala, dan Cara Atasi Hipoksia, Kondisi Kurang Oksigen dalam Tubuh

By Ade Ryani HMK, Kamis, 29 Desember 2016 | 07:15 WIB
Hipoksia adalah kondisi saat kadar oksigen dalam tubuh dibawah batas normal (Ade Ryani HMK)

Kasus perampokan dengan kekerasan yang menelan 6 korban di sebuah rumah mewah di Pulomas, Jakarta Timur, pada Senin (26/12) sore lalu terjadi begitu cepat. Pihak Kepolisian beserta warga baru menemukan 11 korban terkurung didalam kamar mandi berukuran 1,5 meter X 1,5 meter persegi keesokan paginya.

Saat pintu berhasil dibuka, para korban ditemukan dalam kondisi lemas, penuh luka, dan 6 di antaranya meninggal dunia.

Mereka yang tewas mengenaskan dalam peristiwa nahas ini adalah Dodi Triyono (59) sang pemilik rumah, kedua putrinya Diona Arika (16) dan Dianita Gemma (9), Amel yang merupakan teman anak korban, serta Yanto dan Tasrok yang merupakan sopir keluarga. Sementara itu, Zanette Kalila (13) ditemukan masih hidup bersama Emi, Santi (22), dan Fitriani serta Windy yang merupakan pembantu rumah tangga.

Hasil otopsi kemudian menyatakan bahwa para korban tak mampu bertahan hidup karena kekurangan oksigen saat disekap sekitar 12 jam di ruang sempit yang diisi 11 orang tersebut.

Dilansir dari situs HelloSehat, kondisi ini disebut hipoksia, di mana jaringan tubuh Anda kekurangan oksigen. Adapun hipoksemia adalah suatu kondisi ketika kadar oksigen dalam darah lebih rendah dari tingkat normal.

Hipoksia dan hipoksemia dapat menjadi gejala dari kondisi lain yang menyebabkan kesulitan bernapas dan sirkulasi darah.

Oksigen dalam darah dikatakan normal jika memiliki sekitar 75 sampai 100 milimeter air raksa (mm Hg) dalam arteri. Jika angka Anda di bawah 60 mm Hg, maka kondisi itu sudah tergolong memiliki hipoksia dan seseorang memerlukan oksigen tambahan untuk membantu pernapasan.

Selain berada di ruang atau situasi dimana oksigen tak mencukupi kebutuhan tubuh, terdapat pula sejumlah kondisi yang menjadi pemicu timbulnya hipoksia, antara lain:

1. Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)

2. Emfisema

3. Bronkitis

4. Edema paru (cairan di paru-paru)

5. Anemia (rendahnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen)

6. Keracunan sianida  

7. Hipoksia juga diakibatkan dari serangan asma yang parah. Selama serangan asma berlangsung, jalur pernapasan menyempit secara signifikan, membuatnya sangat sulit untuk mendapatkan cukup udara ke dalam paru-paru.

8. Kadang-kadang, obat yang Anda minum pun dapat menyebabkan hipoksia. Seperti obat nyeri dosis tinggi dan obat lain yang menghambat pernapasan.

Baca: 11 Korban Pembunuhan di Pulomas Saling Tumpuk di Kamar Mandi Saat Ditemukan

Kondisi hipoksia ini dapat terjadi pada usia berapapun, perempuan maupun laki-laki dalam kondisi yang tak diduga sekalipun.

Apa saja tanda-tanda dan gejala hipoksia yang umumnya mudah dikenali?

1. Gangguan di saluran pernapasan: sesak napas, napas cepat, batuk, dan mengi

2. Ada masalah saluran kardiovaskular: denyut jantung yang cepat

3. Keluhan terkait kesadaran atau otak: sakit kepala dan kebingungan

4. Kondisi kulit berubah: mulai dari biru ke merah ceri

5. Gelisah dan berkeringat

Baca: Pembunuhan di Pulomas: Hasil Otopsi Ungkap Penyebab Kematian Dodi Triono

Selain gejala tadi, Anda juga disarankan memeriksakan diri segera ke dokter jika memiliki keluhan berikut:

1. Sesak napas setelah sedikit beraktivitas atau justru saat beristirahat

2. Saat olahraga atau aktivitas fisik merasa sesak napas yang lebih buruk

3. Mengalami gangguan tidur karena sesak napas saat tidur, ini bisa menjadi gejala dari sleep apnea

4. Kesulitan napas yang memengaruhi kemampuan beraktivitas

5. Sesak napas parah dengan batuk, denyut jantung yang cepat, dan retensi cairan saat Anda berada di ketinggian

Baca: Alasan Tersangka Menyekap 11 Korban Pembunuhan Pulomas di Kamar Mandi

Faktor-faktor risiko orang yang lebih rentan terserang hipoksia juga bisa dikenali dengan mudah. Terutama jika berada dalam kondisi berikut:

1. Risiko eksternal

Termasuk merokok atau perokok pasif, polusi udara, bahan kimia, debu di udara, atau berada di ketinggian

2. Risiko internal

Risiko internal dapat berpengaruh jika kondisi paru-paru dan organ kardiovaskular Anda tidak sehat

Baca: Gigitan Sang Kakak Selamatkan Anet untuk Bertahan Hidup Saat Disekap di Kamar Mandi

Pengobatan

Saat terserang hipoksia, segera mencari pertolongan guna mendapatkan oksigen dan jalani perawatan intensif di rumah sakit untuk menjaga tingkat oksigen dalam darah.

Diagonis kadar oksigen dalam darah diketahui dengan pemeriksaan lewat oksimeter pulsa (perangkat medis yang diklip ke jari Anda), atau mengukur langsung pada sampel darah yang diambil dari arteri. Bacaan oksimeter yang normal adalah sekitar 95% sampai 100%. Jika tingkat oksigen Anda bernilai 90% atau di bawahnya, Anda mungkin dalam kondisi hipoksia.

Dokter akan menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut, atau plug kecil di hidung untuk menyuplai oksigen ke tubuh.

Jika hal tadi belum membantu, dokter akan memberikan:

1. Inhaler atau obat asma melalui mulut dapat dipilih untuk membuat bernapas lebih mudah

2. Memberi obat melalui pembuluh darah di lengan

3. Memberi obat steroid untuk waktu yang singkat untuk mengecilkan peradangan di paru-paru

Baca: Dua Asisten Rumah Tangga Trauma Disekap Bertumpukan di Kamar Mandi

Cara mencegah hipoksia

Untuk mencegah serangan hipoksia, berikut pengobatan di rumah dan cara menjalani gaya hidup sehat yang bisa dilakukan:

1.  Berhenti merokok

Jika Anda telah didiagnosis dengan hipoksia atau penyakit paru-paru yang lain, berhenti merokok adalah salah satu hal pertama yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi tubuh.

2. Hindari menjadi perokok pasif

Selain berhenti merokok, Anda juga perlu menghindari tempat-tempat di mana orang lain merokok. Asap rokok dapat menyebabkan banyak kerusakan paru-paru lebih parah daripada merokok itu sendiri.

3. Berolahraga secara teratur.

Latihan yang tepat sangat membantu bagi Anda untuk meningkatkan kekuatan keseluruhan dan daya tahan.

4. Makan yang benar dan tetap aktif.

5. Cari tahu pemicu asma Anda, dan temukan cara untuk menghindarinya.

6. Selalu sadar akan perubahan kondisi tubuh dan tidak menunda-nunda untuk konsultasi dengan dokter dalam mengatasi keluhan pernapasan