Menjadi Youtuber atau pembuat video durasi pendek dan mengunggahnya di situs berbagi video, semakin tren belakangan ini. Dengan modal kamera dan kreativitas, Youtuber bisa menjelma seperti selebriti di dunia maya, terkenal dan dapat penghasilan. Seperti cerita tiga Youtuber berikut ini.
Salah satu Youtuber yang cukup aktif dan dikenal adalah Sacha Stevenson, perempuan asal Kanada yang memilih untuk menetap di Indonesia.
Selama ini, nama Sacha dikenal atas seri videonya yang berjudul How to Act Indonesian yang mengulas hal-hal unik dan lucu yang dilakukan masyarakat Indonesia. Wanita kelahiran Halifax, Inggris, 21 Januari 1982 itu memang mengaku sedari dulu sangat ingin menjadi seorang Youtuber.
“Sebelum saya bikin How to Act Indonesian, saya sudah beberapa tahun punya impian mau jadi seorang Youtuber, cuma belum ketemu series yang cocok, tapi aku coba-coba, gagal, gagal. Saya pengin jadi Youtuber karena saya suka akting, tapi dari cerita yang saya bikin sendiri,” kata Sacha yang sebelumnya juga pernah tampil di beberapa acara televisi sebagai cameo.
“Dulu waktu aku main di TV, aku hanya berperan sebagai bahan ledekan atau kayak badut bule lah. Aku sempat ikutan di acara Wara Wiri bareng Komeng,” cerita perempuan yang juga sempat bekerja di pom bensin dan laundry sewaktu tinggal di Kanada.
“Aku akting di TV berapa tahun, tapi tidak terlalu berhasil lah, susah bayar kosan, ha ha ha. Jadi sempat juga nganggur lumayan panjang. Setelah itu jadi Youtuber.”
Di tahun 2010, Sacha mulai rajin memproduksi video blog atau vlog yang kemudian diunggah di akun Youtuber-nya, Sacha Stevenson. Untuk satu video, Sacha mengaku bisa memakan waktu 3 hari untuk pembuatannya.
“Prosesnya untuk bikin video itu biasanya saya ambil kertas, nulis konsepnya, lalu dimatengin. Enggak kata per kata, ya, tapi intinya aja saya tulis. Terus gambarannya sudah ada, saya mulai syuting. Kalau butuh wardrobe, saya siapin wardrobe. Kalau hanya blog saja langsung set kamera dan habis itu saya edit. Dan kalau videonya simple, mungkin 4 jam selesai, kalu videonya ribet, bisa 2 hari, tapi santai. Ada juga yang 3 hari.”
Di akun Youtube-nya, Sacha memuat seri video berjudul How to Act Indonesian yang membahas perilaku dan kebiasaan orang Indonesia yang ia lihat sendiri. Semua videonya dikemas dalam bentuk komedi yang mengocok perut.
Salah satunya adalah kebiasaan orang Indonesia yang percaya akan tahayul serta kebiasaan masyarakat untuk mencari-cari alasan saat melanggar rambu lalu lintas.
Angka subscriber atau pelanggan yang mengikuti akun Youtube Sacha mencapai 269.018 orang. Meski begitu, ia tak bisa membeberkan secara pasti pendapatan yang berhasil ia raup dari jumlah viewer.
“Pendapatan Youtuber tidak bisa ditebak. Kalau kita nge-Youtube setiap hari, tapi sedikit yang nonton, ya, dapatnya juga sedikit sekali. Terus kalau kiita upload video dan banyak yang nonton, tidak tentu dapat uang juga karena mungkin videonya tidak bisa dimonetisasi, karena kamu curi foto orang dari google images atau lagu orang dimasukin, gitu. Jadi susah ditebak. Tapi kalau videonya banyak yang nonton dan semua kamu buat sendiri tanpa karya orang lain, itu bisa hidup dari situ,” kata Sacha yang sudah 15 tahun menetap di Indonesia ini.
Meski disebut-sebut bahwa profesi sebagai seorang Youtuber memang sangat menguntungkan, Sacha juga menyebutkan bahwa ada banyak hal yang harus dihadapi sebagai seorang Youtuber, salah satunya adalah komentar negatif dari para haters.
“Jadi Youtuber enak, tapi harus tahan banting, ya, karena pasti ada haters yang bisa komentarin semua hal tentang kamu yang jelek-jelek, mulai dari rambut, baju, semuanya. Kalau kamu sensitif, mending tidak usah baca, deh. Ha ha ha.”
“Pesan untuk calon Youtuber, jangan jadi Youtuber karena mau dapat duit, harus pilih karier yang tiap kali kamu kerjain, kamu bahagia. Aku pribadi memang pilih Youtube, karena aku senang bisa menghibur orang,” aku Sacha yang fasih berbahasa Indonesia, karena belajar dari majalah anak-anak dan lagu berbahasa Indonesia.