Sebagai orangtua, tentu suka timbul keinginan memotret segala tingkah laku buah hati yang menggemaskan. Terlebih di era digital sekarang. Kemudahan teknologi membuat banyak orangtua begitu terbuka membagikan momen aksi buah hati mereka di media sosial.
Sebut saja ketika sang anak pertama kali bisa berjalan, kata mama yang terlontar dari mulutnya hingga saat mereka asyik bermain. Beragam alasan menyertai keinginan membuat dokumentasi digital tersebut. Terutama agar Si Kecil bisa melihat kenangan masa kecilnya di kemudian hari.
Seperti yang dilakukan Edi Kusmara (40). Ayah dua anak ini mulanya hanya berniat iseng membuat dokumentasi pribadi untuk putrinya yang bernama Lifia (7) dan Niala (5) agar kelak ketika dewasa mereka bisa melihat rekaman kenangan masa kecilnya.
Kegembiraannya melihat tingkah laku kedua putrinya membuat Edi yang juga hobi fotografi ini selalu mengabadikan momen-momen yang tak akan terulang itu.
Jumlah foto dan juga video yang ia buat tentu saja sudah tak terhitung. Namun, sejak awal Edi berpikir untuk membuat visual yang menarik. Bukan cuma untuk ditonton keluarga tapi juga orang lain.
“Awalnya saya bikin untuk dokumentasi pribadi. Lalu saya lihat anak-anak, kok, kalau pegang handphone senang sekali lihat video anak di YouTube dari luar negeri,” kata warga Pekanbaru, Riau ini.
Edi menyimpulkan dua putrinya begitu asyik melihat video tentang permainan. Unsur kesenangan dan warna-warni menjadi daya tarik utama. Mulailah ia memasukkan benda-benda yang umumnya disukai anak-anak. Terutama permainan yang berkaitan dengan air dan balon.
“Di Jerman ada video yang ditonton 50 juta kali yang isinya anak-anak meletuskan balon warna-warni. Dari situ saya pikir kita juga bisa buat yang serupa,” kata Edi yang mulai membuat channel di YouTube dengan nama Lifiatube sejak 2 tahun silam.
Pria yang juga hobi nge-blog ini membuat sendiri video yang penuh keceriaan khas anak-anak itu. Mulai dari skenario, visual kegiatan, audio pendukung juga caption yang ditampilkan.
Namun, semua itu harus ada unsur edukasi. Misalnya, menyebut warna balon dalam bahasa Indonesia dan Inggris, belajar menghitung, cara dan manfaat bermain play doh, dan sebagainya.
Tak disangka, selain keluarga dan teman-teman dekat, video yang Edi unggah malah dilihat penonton dari Amerika Serikat. Setahun belakangan, barulah kreasinya ditonton di negeri sendiri hingga kini menghasilkan 454 ribu subscribers. Yang mengagumkan, channel YouTube milik Lifia Niala sukses menjadi nomor satu di Indonesia karena paling banyak ditonton. Peringkat selanjutnya dipegang oleh stasiun teve dan label musik.
Lalu siapa saja yang menonton video garapan Edi? “Kalau dari umur user di kisaran 24-34. Maksudnya, anak-anak memakai akun YouTube orangtua untuk nonton video-video seperti ini lewat handphone. Rata-rata mereka suka yang ada permainan air, main bola, mainan warna-warni.”
Konsep pembuatan video yang matang dan diperuntukkan anak usia 2-10 tahun, membuat pujian datang dari para orangtua. Tak jarang mereka juga berterima kasih pada Edi.
“Sejak awal konsepnya tontonan menghibur dan mendidik, alternatif di antara sinetron teve. Ada juga orangtua yang bilang terima kasih karena anaknya sudah bisa menghitung dari lihat video Lifia dan Niala,” kata Edi senang.
Mana video yang paling banyak ditonton? “Main bola di kolam air. Ada 214 juta viewers sampai sekarang.”
Menjadi kreator YouTube yang sukses 2 tahun terakhir, Edi sadar media yang awalnya ia buat untuk kedekatan sebagai orangtua dan anak itu, lambat laun malah berbuah rezeki untuk keluarganya.
Perhitungan bisnisnya, dari setiap 1.000 akun yang nonton, Edi akan mendapatkan pemasukan minimal 1 dollar. Ini tergantung dari negara mana audiens berasal. Sebab ada kategori premium untuk audiens dari negara seperti Amerika Serika dan Swedia. Nilainya mencapai 3 sampai 7 dollar.
Jumlah tersebut belum termasuk brand yang memasang iklannya di video. Jika dihitung dari 250 lebih video yang ia unggah dan ditonton banyak orang, dari niat iseng itu Edi justru dapat ribuan dollar per bulan. Jumlah itu jelas amat cukup untuk menghidupi keluarganya. Selain pendidikan anak, Edi juga dapat membeli rumah dan mobil. Wow!
Kedua putrinya pun kini makin sadar menjadi ‘artis cilik’ di jejaring sosial. “Kadang suka nanya kapan video tadi di upload, mereka suka yang unik. Misalnya, pas syuting di luar skenario kakaknya jatuh dan itu jadi lucu buat mereka.”
Ingin meniru jejak Edi? Sahabat NOVA yang senang mendokumentasikan kegiatan buah hati atau aktivitas lainnya juga bisa, kok, jadi kreator yang sukses. Klik halaman selanjutnya untuk tahu tips dari Edi.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR