Sering Stres Karena Hal Sepele, Ciri Anda Termasuk Ibu Generasi Millenial?

By nova.id, Sabtu, 7 Januari 2017 | 03:30 WIB
Ini sejumlah ciri-ciri Anda adalah ibu generasi millenial, mulai dari mudah terbawa arus tren hingga gampang stres. (nova.id)

Generasi millennial kini berusia 20-30an. Jika ia sudah berumah tangga, rata-rata baru memiliki satu anak balita.

“Kelebihan yang jelas terlihat, generasi ini sudah mengalami kemajuan teknologi, sehingga jauh lebih mudah mendapat informasi dan mengakses apapun, lebih berani mencoba hal-hal baru, lebih ekspresif, narsis, open minded, kreatif,” ungkap Tara de Thouars, psikolog klinis saat ditemui tabloidnova.com di tempat praktiknya, Sanatorium Dharmawangsa.

Minusnya, para millennial ini dan mungkin diantaranya adalah Anda para ibu muda, kata Tara, cenderung lebih impulsif, risk taker, gampang menyerah, mentalnya rapuh.

"Mereka juga suka sekali ikut tren, karena itu merupakan salah satu cara mereka eksis dan mengekspresikan diri. Misalnya, ikut tren gadget, kecantikan, traveling, olahraga tertentu, diet terbaru, dan sebagainya. Alhasil mereka lebih konsumtif, kurang terencana.”

Baca: 3 Karakteristik Generasi Milenial Saat Traveling

Gampang merasa cemas bahkan depresi Nah, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan pada diri millennial, apa dampak terparahnya ketika mereka menghadapi kendala?

“Dampak psikologis yang paling banyak adalah depresi dan kecemasan,” cetus penulis buku Dear Me ini.

Misalnya, ketika mereka tidak bisa eksis di media sosial seperti yang mereka inginkan, tidak mendapat feedback dari lingkungan seperti yang mereka harapkan.

“Otomatis mereka jadi stres. Dan stres bisa menjadi depresi ketika merasa dia tidak cukup baik dibandingkan orang-orang di sekitarnya.”

Sedangkan, kecemasan adalah jika ia merasa ingin mengantisipasi banyak hal.

“Misalnya, saat ia mem-posting sebuah foto di media sosial, ia ingin sekian banyak orang mengomentari fotonya. Dan kalau tak sesuai, dia cemas. Sebab ia expecting sesuatu yang belum tentu sesuai dengan kenyataan.”

Jika stressornya semakin besar, bisa saja ia mengalami gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia bahkan sampai bunuh diri.

“Millennial yang secara mental lebih rapuh memiliki risiko terkena masalah kejiwaan lebih tinggi. Dan mereka yang risikonya paling tinggi untuk bunuh diri adalah yang depresi dengan gejala psikotik, yaitu depresi dengan halusinasi.”

Baca: Mengapa Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Jadi Korban KDRT?

Lalu, bagaimana menjadi generasi narsis yang tahan banting? “Happiness bagi generasi millennial adalah ketika bisa menampilkan diri mereka terang-terangan kepada orang lain, mendapat kemudahan bersosialisasi, mendapat kesempatan dan peluang dalam berbagai hal, termasuk keuangan, gaya hidup, nilai-nilai, serta kesehatan,” jelas Tara.

Baca: Psikolog Ungkap Masalah Terbesar Ibu Rumah Tangga Modern Sekarang

Tips agar para ibu yang hidup di generasi millennial bermental lebih kuat Namun, Tara menilai, tidak semua millennial memiliki mental yang rapuh. Bentengnya adalah faktor keluarga. “Kekuatan mental itu bentukannya banyak dari pengalaman dan lingkungan tempat ia tumbuh, terutama keluarga. Kalau keluarga tidak memberikan dukungan yang baik dan konsisten, kekuatan mental anak rendah.” Oleh karena itu, keluarga harus tetap mengajarkan nilai-nilai positif pada anak.

Tara pun berbagi saran pada generasi millennial, terutama para ibu, agar lebih bermental tahan banting dan dapat meraih kebahagiaan dalam hidup mereka yang penuh tantangan.

Baca: Kenapa, Sih, Perempuan Lebih Gampang Depresi?

Menjaga Quality Time Secanggih-canggihnya teknologi, bukan berarti mengurangi waktu secara fisik dengan keluarga, anak, dan pasangan. Tujuannya agar attachment satu sama lain terjaga dengan baik.

Bijak Membagi Waktu Para millennial, terutama yang sudah menjadi ibu muda, harus pintar membagi waktu antara bekerja dan di rumah. Bukan berarti ketika harus bekerja, atensi untuk keluarga jadi berkurang. Tujuannya, agar semua peran dapat berjalan dengan baik.

Being Open Minded Terutama open minded terhadap anak-anak. Karena anak-anak juga punya informasi luas dan pemikirannya sendiri. Kalau orangtua tidak open minded dalam berpola asuh, bisa terus berbenturan dengan anaknya.

Buat Perencanaan Karena millennial ini lebih impulsif dalam hal apapun, termasuk gaya hidup, kesehatan, keuangan, dan sebagainya, maka harus punya perencanaan yang lebih baik dalam semua hal itu. Cobalah mengurangi impulsivitas. Caranya?

“Dengan membuat pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang dalam melakukan apapun. Misalnya, mau belanja online, pikir dulu, ‘Betulkah ini yang saya butuhkan atau hanya keinginan?’  ‘Tujuannya apa membeli ini?’  ‘Apakah kalau saya tidak membeli ini saya mendapat hal buruk?’  ‘Apakah kalau saya tidak membeli ini uangnya bisa diarahkan ke tujuan lain yang lebih penting?’ Usahakan tidak selalu mengikuti dorongan-dorongan impulsifnya.”

Lakukan Me Time Karena tingkat stress millenial jauh lebih tinggi, lakukanlah hal-hal yang bisa meringankan stres agar kekuatan mentalnya terjaga. Misalnya, melakukan me time, aktivitas-aktivitas relaksasi yang purely untuk rileks dan untuk diri sendiri. Bukan untuk memenuhi hasrat narsissistic behavior. Seimbangkan emosi negatif jadi lebih positif. Dengan begitu, ia dapat mengapresiasi dengan positif apa yang dia sudah lakukan, memfilter stres yang masuk, dan akhirnya mentally tetap sehat dan perannya sebagai wanita bekerja dan ibu pun berjalan baik.

Ratih Sukma Pertiwi/TabloidNOVA