6 Pro Kontra Soal Melahirkan dengan Metode Water Birth

By nova.id, Selasa, 17 Januari 2017 | 08:00 WIB
()

Beberapa waktu lalu, solois jazz Andien Aisyah mengumumkan kelahiran anak pertamanya yang berlangsung melalui proses persalinan normal didalam air atau water birth.

Andien melahirkan buah hatinya yang diberi nama Anaku Askara Biru atau Kawa pada 7 Januari '17 pukul 17.00 dengan bobot 3,285 kilogram dengan panjang 49 centimeter itu lahir dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Sebagai ibu, pasti Anda pernah mendengar tentang water birth. Ya, water birth merupakan salah satu metode persalinan yang dilakukan di kolam persalinan yang diisi dengan air hangat.

Pernahkah terlintas di pikiran Anda untuk melakukan persalinan didalam air ketika melahirkan? Walaupun tampak nyaman dan natural, sebaiknya ketahui lebih lanjut manfaat dan risikonya. Berikut seperti yang disarikan dari HelloSehat:

1. Manfaat Water birth bagi ibu dan bayi

Air membantu menurunkan tekanan darah ibu sehingga kecemasan ibu berkurang. Air juga menurunkan kadar hormon yang berhubungan dengan stres, sehingga tubuh ibu memproduksi endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit.

Water birth juga dapat mengurangi risiko robeknya vagina ibu karena air dapat membuat lapisan perineum lebih elastis. Untuk bayi, water birth memberikan lingkungan yang mirip dengan cairan ketuban sehingga bayi merasa lebih nyaman.

Baca: Ini Alasan 5 Artis Indonesia Lebih Pilih Melahirkan Bayi dalam Air

2. Water birth memudahkan tahap pertama persalinan

Menggunakan metode water birth selama tahap pertama kehamilan (di mana serviks (leher rahim) melebar dan Anda merasakan kontraksi yang sering), dapat membantu dalam mengurangi rasa sakit, Anda juga tidak perlu dianestesi, serta dapat mempercepat proses persalinan.

Air yang hangat dalam kolam dapat membantu tubuh Anda lebih rileks dan tenang, serta Anda lebih bisa mengontrol perasaan Anda. Hal ini bisa membantu Anda menyimpan energi yang banyak diperlukan saat proses melahirkan. Anda juga lebih bisa bergerak bebas di air daripada di tempat tidur.

Baca: Menggetarkan, Proses Seorang Ibu Melahirkan Sendiri di Rumah dengan Metode Water birth

3. Water birth belum tentu aman bagi bayi pada tahap kedua persalinan

Tahap kedua persalinan adalah di mana serviks sudah benar-benar melebar dan terbuka sehingga siap menjadi jalan keluar bayi saat persalinan. Dokter masih belum memutuskan bagaimana cara yang aman untuk mengeluarkan bayi pada tahap kedua ini.

Dilansir dari webmd.com, Aaron Caughey dari American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan untuk berada di luar air pada saat tahap kedua persalinan.

Hal ini membuat Anda mendapat penanganan yang lebih mudah dan cepat jika tiba-tiba terjadi sesuatu yang salah, seperti harus melakukan persalinan caesar darurat. ACOG juga mengatakan bahwa persalinan di dalam air belum terbukti secara ilmiah dapat memberikan manfaat bagi ibu dan janin.

Baca: Bagaimana Proses Melahirkan dengan Metode Water Birth?

4. Risiko water birth bagi bayi dan ibu

Bayi yang mengalami stres saat proses persalinan di air menyebabkan bayi bernapas di dalam air. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang serius pada pernapasan bayi, seperti aspirasi mekonium, walaupun kasus ini jarang terjadi.

Aspirasi mekonium terjadi ketika bayi menghirup mekonium (tinja pertama bayi) yang ada pada cairan ketuban saat proses persalinan sehingga menyebabkan masalah pada pernapasan bayi.

Water birth juga dapat mengakibatkan tali pusar rusak saat bayi diangkat ke permukaan air. Hal ini dapat dicegah dengan mengangkat bayi secara hati-hati ke dada ibu.

Selain itu, water birth dapat menyebabkan bayi mengalami kejang atau tidak bisa bernapas, serta menyebabkan suhu tubuh bayi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ibu dan bayi juga dapat terkena infeksi.

Untuk mencegah risiko masalah pernapasan pada bayi saat persalinan di air sebaiknya ibu tetap menjaga tubuhnya dan kepala bayinya di dalam air ketika kepala bayi sudah mulai keluar. Hal ini dilakukan agar refleks napas bayi tidak dimulai terlalu cepat.

Tetap rileks sampai terjadi kontraksi berikutnya yang mendorong bayi lahir. Bayi tidak akan bernapas sampai ia terkena udara karena masih mendapatkan oksigen dari tali pusar yang melekat di plasenta ibu.

Baca: Persalinan Metode Gentle Birth, Tetap Perlu Pengawasan Dokter

5. Air hangat yang digunakan harus higienis

Untuk menjamin air yang digunakan selalu steril misalnya, water birth mengharuskan adanya bak atau kolam khusus yang dilengkap ifilter. Tanpa ada perlengkapan semacam itu, maka risiko infeksi akan lebih tinggi karena kontaminasi yang terjadi selama proses persalinan.

Selain itu, bayi hyga berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.

6. Tidak semua ibu hamil dapat menjalani water birth

Melahirkan di dalam air mempunyai risiko tersendiri bagi ibu dan janin. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko dari persalinan water birth, ibu hamil harus dalam kondisi prima yang mendukungnya untuk menjalani water birth.

Anda tidak bisa mencoba metode water birth, jika: