Dengkul 'Kopong' karena Sering Bercinta, 1 dari 15 Mitos Seks yang Tak Perlu Dipercaya

By nova.id, Selasa, 31 Januari 2017 | 05:30 WIB
Suami Kurang Bergairah? Coba Tips Bercinta yang ‘Hot’ Ini! (nova.id)

Beragam mitos soal hubungan seks seringkali dipercaya sebagai kebenaran. Namanya mitos, pastilah jauh dari kebenaran. Jadi, manakah yang benar?

Dr. Handrawan Nadesul, penulis buku “Seputar Seks: Menjawab 140 Mitos” tentang mitos-mitos seks yang sering kita dengar. Berikut 15 terpopuler di antaranya :

1.Obat kuat bikin seks pria tambah kuat.

Tidak benar. Seks pria ditentukan oleh nilai gizi protein tinggi dalam makanan dan dikendalikan oleh otak, bukan oleh obat apa pun. Jika yang dimaksudkan dengan kuat seks, terbatas pada lamanya pria mempertahankan ereksi atau menunda ejakulasi, itu lebih disebabkan oleh soal teknik dan latihan, bukan karena obat.

2.Penis kecil berarti tidak jantan.

Tidak benar. Kejantanan pria bukan terletak ada ukuran penisnya, melainkan pada kualitas sperma dan kehebatan kinerjanya menempuh proses kegiatan seksual sebelum mencapai hasil akhir. Bagi istri yang normal, dalam hal seks, lebih penting proses ketimbang hasil.

Baca: Seks Pagi Hari Bikin Tubuh Sehat, Mitos atau Fakta?

3.Penis pria kurus lebih besar dibandingkan penis pria gemuk.

Tidak benar. Selain faktor bawaan, faktor hormon ikut menentukan ukuran penis seorang pria, bukan lantaran kurus-gemuknya badan, bukan pula disebabkan seringnya dilatih sehingga penis jadi lebih besar dan kekar.

4.Sering onani bikin pria impotensia.

Tidak selalu. Kasus ejakulasi dini sebagai salah satu jenis impotensia paling enteng memang berteori begitu. Namun umumnya onani atau masturbasi tidak menjadikan pria impotensia.

Jarang ditemukan pria muda yang impotensia, kecuali menjadi korban kecelakaan yang mengenai sumsum tulang belakang, mengidap tumor sumsum tulang belakang, atau ada penyakit yang merusak sumsum tulang belakang. Kalaupun ada pria muda yang impotensia, biasanya lebih disebabkan oleh faktor kejiwaan ketimbang organ.

Baca: Manfaat Seks 3-4 Kali Seminggu untuk Obati Penyakit Batu Ginjal

5.Makan terong bisa sebabkan impotensia.

Tidak benar. Tidak ada bukti ilmiah  terong bisa membuat pria jadi impotensia. Mungkin karena terong kelihatan loyo setelah dimasak, orang lantas mengasosiasikan bahwa penis pun akan begitu kalau kita mengonsumsi terong.

6.Sperma encer berarti mandul.

Tidak benar. Keenceran sperma tidak secara harafiah menentukan tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan pria ditentukan oleh jumlah, pergerakan, dan normal atau tidaknya spermatozoa.

Baca: Ini yang Terjadi Jika Anda Kurang Berhubungan Seks

7.Tidak bisa ejakulasi pasti mandul.

Belum tentu. Pria yang impotensia dengan sendirinya tidak mungkin pula berejakulasi. Namun tidak berejakulasi belum tentu tidak punya sperma, lo. Sperma tetap diproduksi dan belum tentu tidak subur juga.

Bisa terjadi, pria sebetulnya subur dan bisa menghamili tetapi ereksinya tidak berakhir dengan ejakulasi. Bisa juga sama sekali tidak bisa ereksi sehingga ejakulasi tidak terjadi atau bisa saja ejakulasi, namun tertahan. Itu berarti sperma suburnya tidak berhasil dikeluarkan untuk memasuki vagina lalu mencapai rahim.

8.Dengkul “kopong” lantaran ejakulasi setiap hari.

Tidak benar. Istilah dengkul “kopong” tidak ada dalam kamus kedokteran. Bahwa ejakulasi sering melemahkan badan mungkin benar. Sebab bagaimanapun juga, untuk sampai ejakulasi dibutuhkan energi tubuh yang cukup besar. Kerja sekujur organ tubuh menjadi lebih giat selama melakukan kegiatan seksual.

Baca: 6 Fantasi Seks Perempuan yang Bikin Momen Bercinta Makin Hot

9.Jika malam pengantin tidak berdarah berarti sudah tidak perawan.

Tidak selalu benar. Berdarah atau tidaknya seorang wanita pada malam pengantin tidak membuktikan apakah ia masih gadis atau tidak.

Ada jenis selaput dara yang lebih tebal, lebih kenyal, dan lebih kaku sehingga tidak berdarah pada saat senggama di malam pengantin. Ada, lo, jenis selaput dara yang baru koyak sewaktu melahirkan.

10.Makin lama senggama makin hebat.

Anggapan ini keliru. Mitos seksual dunia lelaki terpaku begitu. Oleh karena itu kaum pria mencari obat kuat semata untuk tujuan itu.

Padahal lama atau tidaknya senggama yang dibutuhkan wanita tergantung pada kesiapan yang dibangun suami saat pemanasan seks (foreplay). Bagi pihak istri, senggama yang terlalu lama justru bisa membuat kelelahan, menimbulkan sensasi tak enak, atau rasa nyeri berlebihan.

Baca: 8 Manfaat Seks untuk Kulit

11.Senggama dengan posisi wanita di atas tidak sebabkan kehamilan.

Tidak betul. Walaupun wanita di atas, sperma tetap bisa berenang menempuh target akhirnya.

12.Wanita suka penis kingsize.

Tidak benar. Ini hanya mitos lelaki yang membangun anggapan keliru tentang selera seks wanita. Bahkan lebih banyak wanita bisa terganggu jika “milik” suaminya berukuran kingsize.

Sebagian lagi malah takut dan merasa ngeri karena bisa timbul rasa nyeri, tak nyaman, dan terjadi luka pada vagina. Kasus koyaknya dinding vagina sehabis senggama bukan cerita isapan jempol.

13.Wanita berpayudara besar biasanya hiperseks.

Tidak benar. Tidak ada hubungan antara besar kecilnya payudara dengan tabiat seksual seorang wanita. Ukuran, bentuk, dan model payudara wanita diwarisi secara genetis. Teknologi medis bisa memanipulasi ukuran payudara, yang kecil menjadi besar, tetapi tidak selalu mampu persis mengubah bentuk dan modelnya.

14.Makin panjang ukuran penis, makin kuat seksnya.

Kepuasan seks istri tidak ditentukan oleh ukuran penis suami, melainkan oleh faktor keprigelan seks pria dan ekspresi cinta. Tidak ada patokan yang obyektif berapa standar ukuran penis yang normal.

Normalnya, ukuran penis pada saat menegang atau ereksi rata-rata mencapai hingga 3 kali lebih panjang dari keadaan tidak ereksi. Sementara ada banyak pendapat tentang ukuran normal penis dalam keadaan tidak ereksi, salah satu yang dapat diterima adalah mencapai 5 cm.

15.Posisi senggama menentukan jenis kelamin anak.

Tidak benar. Tidak ada korelasi antara senggama dan jenis kelamin anak yang akan dikandung. Jenis kelamin anak ditentukan oleh kondisi sperma dan kondisi lingkungan vagina. Teori probabilitas berlaku di sini.

Hasto Prianggoro/Tabloid NOVA