Siti Julia tumbuh seperti anak-anak seumurannya. Namun, perubahan terjadi saat usianya menginjak empat tahun. Ia tidak lagi selincah dulu saat melangkahkan kedua kakinya.
Derap langkahnya terhalang oleh pandangannya yang tidak lagi sempurna seperti dulu. Usut punya usut, Siti ternyata didiagnosa menderita kanker mata stadium 4.
"Aku berobat di rumah sakit di dekat rumah di Purwakarta, lalu aku dirujuk ke Cicendo Bandung, di sana aku didiagnosa Retinoblastoma," ujar Siti Julia saat ditemui Nova.id di P2P Kementrian Kesehatan RI, Salemba, Jakarta Pusat.
Setelah didiagnosa kanker mata, Siti Julia kecil harus mengalami kenyataan pahit, jika ia harus kehilangan satu matanya yang kanan. Saat itu keluarga mengikhlaskan mata gadis Siti Julia harus diangkat demi kesehatannya.
"Dokter mengatakan aku harus dioperasi untuk pengangkatan mata, keluargaku berunding dan besoknya mataku diangkat," katanya lagi.
Namun pemderitaan Siti Julia belum berhenti. Keinginan sang ayah memberikan waktu istirahat selama satu bulan kepadanya justru mendatangkan masalah lain.
Kemoterapi yang tidak dijalani Siti Julia pascaoperasi membuat sel-sel kanker yang belum sepenuhnya tuntas kembali tumbuh dan menyebar dengan cepat ke pipi kanan sebesar buah kelapa.
"Seharusnya langsung kemo, tapi aku istirahat di rumah sebulan. Lalu ada benjolan di pipi kanan aku, pertamanya kecil lama-lama sebesar kelapa. Akhirnya dioperasi lagi," katanya.
Setelah merasakan tajamnya pisau operasi, Siti Julia kecil masih harus merasakan mualnya proses kemoterapi untuk mematikan sel-sel kanker yang tersisa ditubuhnya. Rasa mual yang dahsyat harus dirasakan usai kemo.
"Pak, kita tinggal menunggu panggilan dari Allah," ucap Siti Julia menirukan ucapan dokter. Kala itu ia tanpa sengaja mendengar percakapan ayahnya dan dokter.
Hati Siti Julia seakan remuk saat dokter sudah angkat tangan dengan penyakitnya. "Ya sudah Pa, biarin saja julia meninggal. Julia tidak kuat lagi sakitnya," ucapnya.
Mendengar ucapan Siti Julia, sang ayah tak mau anaknya 'kalah' dengan penyakit kankernya. Ia pun meminta anak keduanya itu untuk tetap kuat menjalani pengobatan.
"Bapak sayang sama Julia. Kamu harus sembuh," kata Siti Julia seraya menirukan ucapan ayahnya.
Penderitaan Siti Julia seperti terbayar lunas. Tepat di hari ulang tahunnya, Siti Julia mendapatkan hadiah dari Yayasan Anyo Indonesia. Ia mendapatkan mata palsu.
"Itu jadi hadiah terindah dalam hidup saya," ucapnya berbinar. Setelah menggunakan mata palsu itu, rasa percaya dirinya kembali pulih seperti sedia kala.
Menda Clara Florencia/Nova.id