75 Persen Wanita Ternyata Memiliki Miom, Waspadai Gejalanya Ini

By nova.id, Rabu, 8 Maret 2017 | 08:00 WIB
Perbedaan kista dan miom agar Anda tak bingung lagi (nova.id)

Sekitar 75 persen wanita memiliki miom. Di International Women Day ini, kita diingatkan kembali pentingnya memiliki kesadaran tumbuhnya miom. Miom (uteri fibroid/leiomioma) adalah pertumbuhan di dalam atau sekitar rahim yang tak bersifat ganas/kanker, tapi berupa tumor jinak.

Miom bisa muncul hanya satu, tapi juga bisa beberapa secara sekaligus. Ukurannya bervariasi, bisa sekecil biji hingga ukuran besar yang menyebabkan rahim membesar.

Jenis Miom

Jenis miom terbagi menjadi:

-Miom yang tumbuh di antara jaringan otot rahim (fibroid intramural). Ini lokasi yang paling umum terjadinya miom.

-Miom yang tumbuh di bagian luar dinding rahim, ke rongga panggul (fibroid subserous). Ini jenis yang bisa tumbuh menjadi besar.

-Miom yang tumbuh di lapisan otot bagian dalam dari dinding rahim (fibroid submucous).

Penyebab

Belum diketahui secara pasti penyebab miom, akan tetapi dikaitkan dengan hormon estrogen. Faktor yang bisa meningkatkan risiko munculnya miom adalah:

1. Wanita dengan berat badan berlebih, karena biasanya hormon estrogen pun meningkat.

2. Faktor keturunan. Wanita dengan ibu atau saudara yang pernah mengalami miom akan cenderung mendapati miom juga.

3. Faktor lain seperti konsumsi alkohol, konsumsi daging merah ketimbang sayur dan buah.

Gejala

Sebagian wanita tak menyadari tumbuhnya miom. Berikut gejala yang bisa muncul:

-Nyeri atau sakit bagian perut atau punggung bawah.

-Masa haid yang menyakitkan atau berlebihan.

-Konstipasi dan sering buang air kecil.

-Tak nyaman bahkan sakit kala berhubungan intim.

-Mengalami kemandulan, keguguran atau masalah di masa kehamilan meski jarang terjadi.

Penanganan dan Pencegahan

Pada kasus miom yang tak menimbulkan gejala, mungkin tak perlu pengobatan. Miom kecil akan menyusut dengan sendirinya dan menghilang. Pertumbuhan sel pada miom tak bersifat kanker.

Pengobatan dilakukan pada miom yang menimbulkan gejala untuk meringankan gejala tersebut. Bila pengobatan tak berdampak secara efektif, kemungkinan dilakukan tindakan operasi, di antaranya bedah histeroskopi, miomektomi, histerektomi, embolisasi arteri rahim, atau ablasi endometrium.

Hilman Hilmansyah/Dok. NOVA