Minggu ini kita dikejutkan dengan berita bunuh diri live di media sosial yang dilakukan PI (35) karena masalah rumah tangganya.
Baca: Cekcok dengan Istri, Pria Ini Bunuh Diri Secara Live di Akun Facebook
Belum hilang rasa terkejut, lagi-lagi berita bunuh diri ramai di media. Kali ini pelakukanya adalah salah satu manajer JKT48 IJ (47), yang ditemukan tewas dalam posisi tergantung tali di kamar mandi rumahnya.
Baca: Manajer JKT48 Bunuh Diri, Motif Belum Diketahui
Gejala Beragam
Gejala gangguan jiwa sebenarnya bisa muncul kepada siapa saja. Kita semua pernah mengalami masalah dalam hidup ini dan menjadi stres.
Biasanya stres bisa muncul dalam keluhan psikologis dan juga fisik. Misalnya, berupa keluhan cemas, berdebar-debar, buang air kecil atau besar lebih sering, tidak atau sulit tidur, keluar keringat dingin.
Itulah beberapa gejala yang bisa dialami saat stres datang. Biasanya tubuh akan beradaptasi. Lalu, setelah stres hilang, gejala dan tanda itu juga hilang.
Namun pada stres yang terus-menerus, kondisi yang dialami pasien juga bisa berkelanjutan. Hal ini bisa menjadi masalah untuk selanjutnya karena tubuh terus merespons adanya stres.
Kondisi ini jika dibiarkan akan menjadi gejala gangguan jiwa yang menetap. Akhirnya menjadi gangguan jiwa seperti depresi dan cemas.
Untuk beberapa kasus gangguan jiwa tertentu seperti skizofrenia atau psikosis, gejalanya lebih kelihatan nyata dan mengganggu. Misalnya, pasien mengalami halusinasi dan delusi yang nyata.
Bicara yang kacau dan proses pikir yang kacau juga. Kondisi seperti ini harus segera mendapatkan pertolongan psikiater.
Masalah kejiwaan juga sering tidak selalu berwujud gejala psikologis atau mental emosional saja. Sering juga timbul dalam keluhan fisik.
Ada masalah yang berkaitan dengan gangguan lambung, gangguan nyeri yang kronis atau kelelahan kronis yang sebenarnya secara fisik baik-baik saja. Tapi ternyata didasari oleh masalah stres psikologis.
Hal ini juga perlu diketahui dan dipahami. Itulah mengapa penting edukasi yang terus-menerus tentang masalah kejiwaan.
Lalu, adakah kategorisasi masalah kejiwaan ini? Biasanya yang menjadi tolak ukur yaitu apakah ada gangguan yang nyata pada fungsi pribadi dan sosial pasien, misalnya fungsi kerjanya.
Semakin besar gangguan pada fungsi tersebut maka semakin berat gangguan jiwa tersebut. Untuk gangguan jiwa seperti skizofrenia dianggap berat karena pasien biasanya mengalami gangguan dalam fungsi pribadi dan sosialnya karena adanya proses pikir dan isi pikir yang kacau.
Baca: Maraknya Kasus Bunuh Diri, Hati-hati! Wanita Lebih Rentan Depresi
Tangani dengan Tepat
Jadi, bila masalah kejiwaan tak lekas ditangani, tentu akan mengganggu fungsi pribadi dan sosial orang tersebut serta menganggu orang lain.
Terapi yang diberikan pada pasien biasanya meliputi psikoterapi dan psikofarmaka (dengan obat). Beberapa kasus bisa dengan psikoterapi saja, tetapi beberapa kasus harus dengan pengobatan obat.
Bagaimana tingkat keberhasilan pengobatan tersebut? Apakah pasien bisa sembuh 100 persen?
“Sebenarnya kesembuhan dalam ilmu kedokteran jiwa lebih mengarah kepada kemampuan orang tersebut untuk berfungsi kembali. Ada beberapa kasus yang harus terus minum obat,” papar Dr. Andri,Sp.KJ,FAPM, Psikiater Klinik Psikosomatik OMNI Hospitals Alam Sutera, Serpong.
Perlu juga disadari bahwa masalah gangguan jiwa juga berhubungan dengan kepribadian orang tersebut. Misal, pasien yang cemas seringkali memang orangnya berkepribadian pencemas.
Maka selain diberikan obat pada fase awal, pasien juga harus berusaha mengurangi masalah kecemasannya tersebut dengan menjadi pribadi yang lebih santai,misalnya. Atau berupaya untuk mengurangi stres yang bisa mengakibatkan munculnya kecemasan.
Penting juga kita tahu, seseorang yang sudah sembuh dari masalah gangguan jiwa, bisa saja kembali mengalami hal yang berulang.
Karena itu, kita perlu menjaga agar tak sampai mengalami masalah kejiwaan apalagi sampai berulang.
Beberapa kunci yang perlu diingat adalah agar kita tetap menyadari kondisi dengan baik, menyadari kemampuan diri dan mampu berempati dengan baik.
Tak kalah penting, kenali gejala gangguan jiwa. Kenali diri kita sendiri. Jangan malu jika mengalami gangguan jiwa. Jika ada masalah bisa bicara dengan orang terdekat. Atau segera cari pertolongan profesional, psikiater atau psikolog yang memahami masalah ini dengan baik.
“Definisi sehat jiwa adalah merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, mampu berpikir positif terhadap diri dan orang lain. Maka kita harus berupaya untuk mencapai hal tersebut,” tutupnya.
Hilman Hilmansyah/Dok. Nova