Alasan Kebanyakan Orang Depresi Tak Mendapat Penanganan Tepat dan Pilih Bunuh Diri

By Dionysia Mayang, Kamis, 23 Maret 2017 | 11:42 WIB
Gawat, Sering Stres Bisa Menyebabkan Tukak Lambung! (Dionysia Mayang)

Lembar fakta yang dirilis oleh WHO dan di-review pada Februari 2017 menyebutkan bahwa depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. 

Sejak tahun 2015, depresi ditetapkan oleh WHO sebagai krisis global.

Lebih dari 350 juta jiwa penduduk dunia mengalami depresi sehingga WHO menetapkan depresi sebagai salah satu prioritas untuk ditangani.

Dijelaskan oleh Dr.Endang Mariani Rahayu, M.Si., pengamat psikologi sosial dan budaya, depresi merupakan gangguan pemikiran, persepsi, emosi, perilaku, dan hubungan dengan orang lain. 

Depresi terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan berdamai dengan pemicu stress dalam kehidupan sehari-hari, masalah finansial, kegagalan hubungan, atau menghadapi penyakit-penyakit kronis.

“Depresi merupakan gangguan yang seringkali tidak disadari baik oleh penderita maupun orang-orang di sekitarnya, maka sering juga disebut sebagai invisible disease,” jelas Dr. Endang yang juga sebagai peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia .

Berbeda dengan gangguan lain, penderita depresi sering kali tidak sadar ada masalah.

Faktor ini mendukung terjadinya 80 persen dari penderita depresi tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. 

Menurut Dr. Endang, salah satu indikator yang diukur oleh WHO adalah meningkatnya frekuensi bunuh diri, baik di dunia maupun di Indonesia yang dilaporkan secara tahunan.

Meskipun memiliki gejala yang sama, namun depresi biasanya jauh lebih berat dan lebih lama.

Depresi biasanya muncul karena stress dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik.

Namun, tak sedikit pula ahli yang mendefinisikan depresi sebagai suatu gangguan mood.

Dijelaskan oleh Dr. Endang, berdasarkan survei yang dirilis pada 2014 dan 2016, berdasarkan hasil studi tahun 2012 yang dilakukan WHO di Indonesia, kasus bunuh diri adalah 3,71 per 100.000 penduduk.

Rata-rata regional 17,1 per 100.000 penduduk.

Ini berarti prevalensi bunuh diri di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lain.

Namun dengan 258 juta penduduk, berarti ada 10.000 bunuh diri di Indonesia setiap tahun, atau satu orang setiap satu jam.

Untuk mengatasi hal ini, Dr. Endang menyarankan untuk adanya upaya dan intervensi khusus agar mood tetap stabil dan bisa saling membangkitkan perasaan senang anggota keluarga.

“Terlebih lagi di era digital seperti saat ini, banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjadi kreatif dan menularkan kebahagiaan bagi para kaum hawa,” tutupnya.